Hubungan AS-China 'It's Complicated', Bagaimana Nasib Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 December 2019 07:33
Perang Dagang Datang Lagi?
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,14% di hadapan dolar AS. Padahal rupiah menghabiskan sebagian besar hari di zona merah, baru menguat jelang tutup lapak.


Namun hari ini sepertinya mata uang Tanah Air sulit mengulangi pencapaian serupa. Pasalnya, sentimen eksternal sedang tidak mendukung.

Hawa perang dagang AS-China memanas lagi. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya tidak akan terburu-buru untuk meneken kesepakatan dagang dengan China.

"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.


Sebagai informasi, Pemilu AS baru digelar November 2020. Padahal pasar (dan seluruh dunia) sudah begitu menantikan adanya perjanjian damai dagang AS-China Fase I. Namun Trump malah bilang itu mungkin saja baru terwujud setahun lagi.

Tidak hanya itu, hubungan AS-China malah berisiko memanas dan mungkin memicu perang dagang lebih lanjut. Reuters mewartakan bahwa pemerintah AS sedang mengkaji kemungkinan melarang Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) untuk terlibat dalam sistem keuangan Negeri Paman Sam.

Sumber di lingkaran pemerintah AS mengungkapkan, Huawei akan masuk ke daftar Specially Designated Nationals (SDN). Kebijakan ini kemungkinan diterapkan dalam beberapa bulan ke depan, tergantung perkembangan situasi.

Ketika seseorang atau korporasi berada di daftar SDN, maka asetnya akan dibekukan dan orang-orang di AS tidak boleh berurusan dengan mereka. Jika ini benar terjadi, maka Huawei akan berada di kelompok yang sama dengan para teroris, pengedar narkotika, atau pelaku perdagangan manusia.

Belum lagi ada informasi bahwa Kongres AS lagi-lagi bakal mengesahkan Undang-undang (UU) yang berisiko membuat China murka. Setelah Hong Kong, AS kini dikabarkan sedang menyusun UU penegakan hak asasi manusia di XInjiang. Wilayah ini mendapat sorotan dunia karena ditengarai terjadi pelanggaran hak asasi manusia kepada etnis minoritas.

 
Kalau di Facebook, mungkin hubungan AS-China boleh dibilang it's complicated. Rumit, benci tetapi rindu, butuh tetapi gengsi.

Ketidakpastian kapan damai dagang bisa tercipta (malah yang ada risiko perang dagang kembali bergelora) membuat pelaku pasar kehilangan risk appetite. Aset-aset berisiko tidak menjadi pilihan untuk sementara waktu, lebih baik bermain aman sampai situasi membaik.

Sentimen ini sudah membuat Wall Street terkapar, di mana Dow Jones Industrial Average jatuh 1,01%, S&P 500 terkoreksi 0,66%, dan Nasdaq Composite turun 0,55%. Sangat mungkin rupiah akan menjadi korban selanjutnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular