
Pasar Saham Bisa Ngegas Lho di Desember, Tapi...
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 December 2019 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street telah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan dalam sebelas bulan pertama 2019. Di mana pada periode 1 Januari hingga November lalu (Thanksgiving Day), indeks S&P 500 mencatatkan kinerja terbaiknya sejak 1928, menurut Bespoke seperti dilansir dari CNBC International.
Kenaikan 25,5% di S&P 500 adalah yang terbaik untuk periode sejak 2013. Memasuki Desember, kinerja saham diperkirakan akan kembali mencatatkan performa yang baik meski ada berbagai tantangan.
"Desember adalah bulan terbaik tahun ini. S&P rata-rata naik 1,6%. Ini juga memiliki frekuensi kemajuan tertinggi, naik 76% sejak waktu itu," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA.
"Pasar cenderung melewati titik terendah pertengahan Desember, yang kemudian mewakili peluang pembelian yang baik, setidaknya sampai akhir Januari," tambah Stovall. Ia memproyeksikan penurunan tidak akan lebih dari 5%.
Namun begitu, ia mengatakan pasar saham akan menghadapi berbagai tantangan di bulan ini, mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, hingga isu perlambatan ekonomi dunia. Hal ini akan sangat menentukan pergerakan saham ke depannya, katanya.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah menggembar-gemborkan bahwa hari lahirnya kesepakatan dagang awal dengan China sudah dekat. Namun nyatanya hingga kini kesepakatan dagang fase I itu belum juga ditandatangani. Padahal 15 Desember, waktu dijatuhkannya tarif tambahan pada barang-barang China sudah dekat.
Keadaan ini juga diperparah langkah pemerintahan Trump yang meloloskan Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi Hong Kong pada pekan lalu. Banyak pihak menyebut langkah ini dapat menghambat kemajuan dalam pembicaraan dagang kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Selain itu, isu 'kesehatan' ekonomi juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pasar. Lebih lanjut, rilis beberapa data utama yang akan datang, mulai dari dari data manufaktur hingga angka pekerja di AS juga turut menjadi perhatian investor.
Beberapa rilis data utama yang akan menjadi fokus investor selama beberapa hari ke depan, di antaranya adalah rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS pada Senin, PMI Jasa pada Rabu, pidato Wakil Ketua Fed Randal Quarles di House Financial Services Committee pada Kamis, dan rapat Komite Perbankan Senat pada Jumat, serta rilis pendapatan dan laba berbagai perusahaan AS sepanjang pekan.
Terakhir, sentimen yang akan menjadi perhatian utama investor adalah dari sektor minyak. Mengutip CNBC International, OPEC dan Rusia akan mengadakan pertemuan di Wina pada hari Kamis dan Jumat. Para analis memperkirakan mereka akan memperpanjang perjanjian pemotongan produksi mereka.
"Namun, Rusia mungkin berusaha untuk mengubah aturan mengenai bagaimana menghitung produksi minyaknya, sehingga pertemuan itu mungkin tidak dapat diprediksi seperti yang diperkirakan," kata beberapa analis.
(hps/hps) Next Article Simak! Ini Saham Cuan Gede & Ambles Dalam Pekan Ini
Kenaikan 25,5% di S&P 500 adalah yang terbaik untuk periode sejak 2013. Memasuki Desember, kinerja saham diperkirakan akan kembali mencatatkan performa yang baik meski ada berbagai tantangan.
"Desember adalah bulan terbaik tahun ini. S&P rata-rata naik 1,6%. Ini juga memiliki frekuensi kemajuan tertinggi, naik 76% sejak waktu itu," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA.
"Pasar cenderung melewati titik terendah pertengahan Desember, yang kemudian mewakili peluang pembelian yang baik, setidaknya sampai akhir Januari," tambah Stovall. Ia memproyeksikan penurunan tidak akan lebih dari 5%.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah menggembar-gemborkan bahwa hari lahirnya kesepakatan dagang awal dengan China sudah dekat. Namun nyatanya hingga kini kesepakatan dagang fase I itu belum juga ditandatangani. Padahal 15 Desember, waktu dijatuhkannya tarif tambahan pada barang-barang China sudah dekat.
Keadaan ini juga diperparah langkah pemerintahan Trump yang meloloskan Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi Hong Kong pada pekan lalu. Banyak pihak menyebut langkah ini dapat menghambat kemajuan dalam pembicaraan dagang kedua ekonomi terbesar di dunia itu.
Selain itu, isu 'kesehatan' ekonomi juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pasar. Lebih lanjut, rilis beberapa data utama yang akan datang, mulai dari dari data manufaktur hingga angka pekerja di AS juga turut menjadi perhatian investor.
Beberapa rilis data utama yang akan menjadi fokus investor selama beberapa hari ke depan, di antaranya adalah rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS pada Senin, PMI Jasa pada Rabu, pidato Wakil Ketua Fed Randal Quarles di House Financial Services Committee pada Kamis, dan rapat Komite Perbankan Senat pada Jumat, serta rilis pendapatan dan laba berbagai perusahaan AS sepanjang pekan.
Terakhir, sentimen yang akan menjadi perhatian utama investor adalah dari sektor minyak. Mengutip CNBC International, OPEC dan Rusia akan mengadakan pertemuan di Wina pada hari Kamis dan Jumat. Para analis memperkirakan mereka akan memperpanjang perjanjian pemotongan produksi mereka.
"Namun, Rusia mungkin berusaha untuk mengubah aturan mengenai bagaimana menghitung produksi minyaknya, sehingga pertemuan itu mungkin tidak dapat diprediksi seperti yang diperkirakan," kata beberapa analis.
(hps/hps) Next Article Simak! Ini Saham Cuan Gede & Ambles Dalam Pekan Ini
Most Popular