
Rupiah Menguat Sih... Tapi Masih Tipis-Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 November 2019 17:18

Meski mencatat penguatan, tetapi rupiah masih malas bergerak (mager) pada perdagangan hari ini. Sejak awal pekan pergerakan rupiah masih disitu-situ saja, di rentang Rp 14.070-14.100/US$. Sentimen pelaku pasar sebenarnya kurang bagus pada hari ini yang berdampak negatif bagi rupiah.
Hubungan AS-China kembali memanas yang berisiko mempersulit perundingan kesepakatan dagang kedua negara.
Pada Rabu waktu AS, Presiden Donald Trump akhirnya menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres AS.
Salah satu poin dalam UU tersebut adalah pemberian sanksi bagi pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
"Saya menandatangani UU ini sebagai bentuk rasa hormat saya terhadap Presiden Xi (Jinping), China dan rakyat Hong Kong" kata Trump dalam sebuah keterangan resmi yang dirilis Gedung Putih, mengutip Reuters.
Presiden Trump juga menambahkan. "UU ini disahkan dengan harapan pemimpin serta perwakilan China dan Hong Kong akan dapat menyelesaikan perbedaan mereka secara damai sehingga dapat menciptakan kemakmuran bagi semua".
Pemerintah Beijing sebelumnya sudah berulang kali mengingatkan AS agar tidak mencampuri urusan Hong Kong yang merupakan bagian dari China.
Menteri Luar Negeri China pagi ini memberikan pernyataan yang keras. "Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Di sisi lain, dolar AS sedang perkasa usai rilis data ekonomi terbaru dari AS. Pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS dirilis sebesar 2,1% lebih tinggi dari pembacaan awal 1,9%.
Data lain menunjukkan pesanan barang tahan lama tumbuh 0,6% di bulan Oktober secara bulanan atau month-on-month (MoM). Di bulan sebelumnya, data ini turun 1,2%. Sementara pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan, juga tumbuh 0,6% MoM, dari bulan sebelumnya yang turun 0,4%.
Data-data tersebut memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu.
Dengan banyaknya tekanan tersebut, rupiah masih mampu menguat meski tipis saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Hubungan AS-China kembali memanas yang berisiko mempersulit perundingan kesepakatan dagang kedua negara.
Pada Rabu waktu AS, Presiden Donald Trump akhirnya menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres AS.
"Saya menandatangani UU ini sebagai bentuk rasa hormat saya terhadap Presiden Xi (Jinping), China dan rakyat Hong Kong" kata Trump dalam sebuah keterangan resmi yang dirilis Gedung Putih, mengutip Reuters.
Presiden Trump juga menambahkan. "UU ini disahkan dengan harapan pemimpin serta perwakilan China dan Hong Kong akan dapat menyelesaikan perbedaan mereka secara damai sehingga dapat menciptakan kemakmuran bagi semua".
Pemerintah Beijing sebelumnya sudah berulang kali mengingatkan AS agar tidak mencampuri urusan Hong Kong yang merupakan bagian dari China.
Menteri Luar Negeri China pagi ini memberikan pernyataan yang keras. "Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Di sisi lain, dolar AS sedang perkasa usai rilis data ekonomi terbaru dari AS. Pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS dirilis sebesar 2,1% lebih tinggi dari pembacaan awal 1,9%.
Data lain menunjukkan pesanan barang tahan lama tumbuh 0,6% di bulan Oktober secara bulanan atau month-on-month (MoM). Di bulan sebelumnya, data ini turun 1,2%. Sementara pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan, juga tumbuh 0,6% MoM, dari bulan sebelumnya yang turun 0,4%.
Data-data tersebut memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu.
Dengan banyaknya tekanan tersebut, rupiah masih mampu menguat meski tipis saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular