
Joss! Rupiah Masih Perkasa bagi Dolar Singapura
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 November 2019 12:08

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Kurs dolar Singapura kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (28/11/19) setelah berakhir stagnan Rabu kemarin.
Begitu perdagangan hari ini dibuka dolar Singapura langsung masuk ke zona merah, terus tertekan hingga melemah 0,15% ke Rp 10.303,7/SG$.
Dalam perjalanannya mata uang Negeri Merlion berhasil memangkas pelemahan dan berada di level Rp 10.317,69/SG$ atau masih melemah 0,02% pada pukul 11:11 WIB di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs dolar Singapura yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:20 WIB.
Data ekonomi terbaru yang dirilis belakangan ini menunjukkan masih rapuhnya perekonomian Singapura. Produk domestik bruto (PDB) Singapura di kuartal III-2019 dilaporkan hanya tumbuh 0,5% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut membaik dari kuartal sebelumnya 0,2% YoY. Meski demikian, PDB kuartal III-2019 tersebut jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,6% YoY.
Pelambatan tersebut memaksa pemerintah Singapura memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5-2,5%.
Berdasarkan data dari Trading Economics yang dirilis Senin (25/11/19), inflasi Singapura di bulan Oktober dilaporkan tumbuh 0,4% year-on-year (YoY), melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,5%. Bahkan jika dilihat secara bulanan atau month-on-month (MoM) mengalami deflasi 0,4% di bulan Oktober.
Sementara tingkat produksi manufaktur di bulan Oktober dilaporkan tumbuh 4% secara tahunan atau year-on-year (YoY). Sementara, jika dilihat secara bulanan month-on-month (MoM), produksi manufaktur tumbuh 3,4%.
Rilis data tersebut lebih baik dibandingkan konsensus di Trading Economics yang justru menunjukkan penurunan 1,7% YoY dan 0,4% MoM.
Kondisi ekonomi Singapura sedang mendapat sorotan, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang sudah berlangsung selama enam bulan memberikan pukulan telak.
Hubungan AS-China yang kembali memanas membuat dolar Singapura tertekan pada hari ini.
Setelah lama ditunda, pada Rabu waktu setempat, Presiden AS Donald Trump akhirnya menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres AS.
Salah satu poin dalam UU tersebut adalah pemberian sanksi bagi pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
Pemerintah Beijing sebelumnya sudah berulang kali mengingatkan AS agar tidak mencampuri urusan Hong Kong yang merupakan bagian dari China.
Menteri Luar Negeri China pagi ini memberikan pernyataan yang keras. "Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Memanasnya hubungan tersebut memicu kekhawatiran kesepakatan dagang kedua negara tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Duh! Kurs Dolar SGD Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan
Begitu perdagangan hari ini dibuka dolar Singapura langsung masuk ke zona merah, terus tertekan hingga melemah 0,15% ke Rp 10.303,7/SG$.
Dalam perjalanannya mata uang Negeri Merlion berhasil memangkas pelemahan dan berada di level Rp 10.317,69/SG$ atau masih melemah 0,02% pada pukul 11:11 WIB di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.
Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs dolar Singapura yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:20 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 10.294,00 | 10.351,00 |
Bank BRI | 10.252,07 | 10.394,75 |
Bank Mandiri | 10.290,00 | 10.345,00 |
Bank BTN | 10.157,00 | 10.468,00 |
Bank BCA | 10.308,63 | 10.328,97 |
CIMB Niaga | 10.317,00 | 10.329,00 |
Data ekonomi terbaru yang dirilis belakangan ini menunjukkan masih rapuhnya perekonomian Singapura. Produk domestik bruto (PDB) Singapura di kuartal III-2019 dilaporkan hanya tumbuh 0,5% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut membaik dari kuartal sebelumnya 0,2% YoY. Meski demikian, PDB kuartal III-2019 tersebut jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,6% YoY.
Pelambatan tersebut memaksa pemerintah Singapura memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 0-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5-2,5%.
Berdasarkan data dari Trading Economics yang dirilis Senin (25/11/19), inflasi Singapura di bulan Oktober dilaporkan tumbuh 0,4% year-on-year (YoY), melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,5%. Bahkan jika dilihat secara bulanan atau month-on-month (MoM) mengalami deflasi 0,4% di bulan Oktober.
Sementara tingkat produksi manufaktur di bulan Oktober dilaporkan tumbuh 4% secara tahunan atau year-on-year (YoY). Sementara, jika dilihat secara bulanan month-on-month (MoM), produksi manufaktur tumbuh 3,4%.
Rilis data tersebut lebih baik dibandingkan konsensus di Trading Economics yang justru menunjukkan penurunan 1,7% YoY dan 0,4% MoM.
Kondisi ekonomi Singapura sedang mendapat sorotan, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang sudah berlangsung selama enam bulan memberikan pukulan telak.
Hubungan AS-China yang kembali memanas membuat dolar Singapura tertekan pada hari ini.
Setelah lama ditunda, pada Rabu waktu setempat, Presiden AS Donald Trump akhirnya menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres AS.
Salah satu poin dalam UU tersebut adalah pemberian sanksi bagi pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
Pemerintah Beijing sebelumnya sudah berulang kali mengingatkan AS agar tidak mencampuri urusan Hong Kong yang merupakan bagian dari China.
Menteri Luar Negeri China pagi ini memberikan pernyataan yang keras. "Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Memanasnya hubungan tersebut memicu kekhawatiran kesepakatan dagang kedua negara tidak akan tercapai dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Duh! Kurs Dolar SGD Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular