
Analisis
Gara-Gara Powell, Rupiah Jadi Sulit Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 November 2019 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (26/11/19) setelah berhasil mencatat penguatan tipis awal pekan kemarin.
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di level Rp 14.080/US$, setelahnya sempat memangkas pelemahan dan stagnan di level Rp 14.070/US$. Tetapi selepas itu rupiah malah tambah loyo dan melemah 0,11% pada tengah hari.
Membaiknya sentimen pelaku pasar yang tercermin dari penguatan bursa saham sebenarnya memberikan dampak yang positif ke rupiah. Apalagi kabar terbaru mengenai perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China juga terkesan positif.
Kabar terbaru yang dirilis pagi tadi menunjukkan jika China kembali berbicara dengan AS melalui saluran telepon. CNBC International mewartakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, pagi ini berbicara dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
"Kedua belah pihak membahas penyelesaian masalah-masalah inti yang menjadi perhatian bersama, mencapai konsensus bagaimana masalah tersebut diselesaikan dan setuju untuk terus berdiskusi mengenai isu-isu untuk kesepakatan fase satu" tulis rilis Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Tetapi sayangnya dolar AS lebih perkasa pada hari ini. Dolar AS mendapat tenaga setelah rilis data ekonomi Paman Sam yang membaik pada pekan lalu.
Pada Kamis pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober yaitu 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.
Rilis notula tersebut juga kembali ditegaskan oleh ketua The Fed, Jerome Powell, yang berpidato pagi tadi.
"Dampak dari ekspansi ekonomi sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang akan dirasakan ke depan. Walau ekspansi ekonomi yang terjadi lebih lambat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Powell, seperti diberitakan Reuters.
Powell memperkirakan ekspansi ekonomi AS masih akan berlanjut. "Saya melihat gelas setengah kosong ketimbang setengah penuh. Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengisinya dan membuat lebih banyak masyarakat menikmati keuntungan," lanjutnya.
Merespon pidato tersebut, dolar AS kembali mendapat tenaga untuk menguat.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di MA20/rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak naik dan masuk ke wilayah positif, histogramnya sudah masuk ke wilayah positif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah berada dalam fase konsolidasi.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak naik tetapi masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini bergerak di kisaran Rp 14.090/US$ yang menjadi resiten (tahanan atas)terdekat. Jika menembus konsisten ke atas level tersebut rupiah berisiko melemah ke Rp 14.110/US$. Sementara selama tertahan di bawah Rp 14.090/US$, rupiah berpotensi memangkas pelemahan dan menuju level Rp 14.070/US$.
Rentang pergerakan potensial rupiah di Rp 14.070 - 14.0110/US$ pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di level Rp 14.080/US$, setelahnya sempat memangkas pelemahan dan stagnan di level Rp 14.070/US$. Tetapi selepas itu rupiah malah tambah loyo dan melemah 0,11% pada tengah hari.
Membaiknya sentimen pelaku pasar yang tercermin dari penguatan bursa saham sebenarnya memberikan dampak yang positif ke rupiah. Apalagi kabar terbaru mengenai perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China juga terkesan positif.
"Kedua belah pihak membahas penyelesaian masalah-masalah inti yang menjadi perhatian bersama, mencapai konsensus bagaimana masalah tersebut diselesaikan dan setuju untuk terus berdiskusi mengenai isu-isu untuk kesepakatan fase satu" tulis rilis Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Tetapi sayangnya dolar AS lebih perkasa pada hari ini. Dolar AS mendapat tenaga setelah rilis data ekonomi Paman Sam yang membaik pada pekan lalu.
Pada Kamis pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober yaitu 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.
Rilis notula tersebut juga kembali ditegaskan oleh ketua The Fed, Jerome Powell, yang berpidato pagi tadi.
"Dampak dari ekspansi ekonomi sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang akan dirasakan ke depan. Walau ekspansi ekonomi yang terjadi lebih lambat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Powell, seperti diberitakan Reuters.
Powell memperkirakan ekspansi ekonomi AS masih akan berlanjut. "Saya melihat gelas setengah kosong ketimbang setengah penuh. Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengisinya dan membuat lebih banyak masyarakat menikmati keuntungan," lanjutnya.
Merespon pidato tersebut, dolar AS kembali mendapat tenaga untuk menguat.
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di kisaran rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di MA20/rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak naik dan masuk ke wilayah positif, histogramnya sudah masuk ke wilayah positif. Indikator-indikator grafik harian ini mengindikasikan rupiah berada dalam fase konsolidasi.
![]() Foto: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak naik tetapi masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini bergerak di kisaran Rp 14.090/US$ yang menjadi resiten (tahanan atas)terdekat. Jika menembus konsisten ke atas level tersebut rupiah berisiko melemah ke Rp 14.110/US$. Sementara selama tertahan di bawah Rp 14.090/US$, rupiah berpotensi memangkas pelemahan dan menuju level Rp 14.070/US$.
Rentang pergerakan potensial rupiah di Rp 14.070 - 14.0110/US$ pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular