Pasar Saham Menghijau, Pasar Obligasi Ditinggal Pelaku Pasar

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2019 09:41
Pasar obligasi Indonesia mencetak koreksi pada perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (26/11/2019).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi Indonesia mencetak koreksi pada perdagangan kedua di pekan ini, Selasa (26/11/2019).

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, imbal hasil obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun seri acuan naik masing-masing sebesar 0,7 bps, 0,1 bps, 0,1 bps, dan 1,3 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.



Hasrat untuk membeli instrumen berisiko seperti saham membuat pasar obligasi ditinggal untuk sementara waktu oleh pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia ditransaksikan menguat 0,14%.

Tak hanya IHSG, indeks saham acuan di kawasan Asia lainnya juga melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,93%, indeks Shanghai menguat 0,2%, indeks Hang Seng terapresiasi 0,2%, dan indeks Kospi bertambah 0,6%.


Optimisme terkait damai dagang AS-China menjadi faktor yang membangkitkan hasrat pelaku pasar untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Dalam publikasi yang dirilis pada akhir pekan kemarin, China mengumumkan bahwa pihaknya akan menaikkan besaran denda bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran di bidang hak kekayaan intelektual, seperti dilansir dari CNBC International.

Seperti yang diketahui, pelanggaran dalam hal hak kekayaan intelektual merupakan salah satu faktor dibalik meletusnya perang dagang AS-China. Sebelumnya, China bersikukuh supaya AS tak menguatk-atik masalah ini dan fokus terhadap masalah yang menurut mereka lebih mudah untuk dibenahi yakni defisit neraca dagang AS dengan China.

Kini, melunaknya China di bidang hak kekayaan intelektual dengan membebankan denda yang lebih tinggi bagi sang pelanggar menunjukkan bahwa Beijing semakin membuka diri untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu dengan AS.

Lebih lanjut, Global Times yang merupakan koran milik Partai Komunis mengatakan bahwa AS dan China kini tengah mendekati kesepakatan dagang tahap satu.

Kemudian, hasrat pelaku pasar untuk memburu saham-saham di kawasan Asia ikut dipantik oleh pemilihan kepala daerah yang digelar di Hong Kong. Pemilihan kepala daerah tersebut telah secara luas dipandang sebagai barometer sentimen publik, yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi demonstrasi berkepanjangan di kota ini.

Hasilnya, kandidat yang pro demokrasi dikabarkan keluar sebagai pemenang. Mereka memperoleh mayoritas suara dengan meraih 333 dari total 425 kursi yang diperebutkan, sedangkan kandidat yang pro China hanya memenangkan 52 kursi.

Untuk diketahui, demonstrasi berkepanjangan di Hong Kong telah resmi membawanya memasuki periode resesi. Pada akhir bulan lalu, Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).

Lantaran pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif secara kuartalan pada kuartal III-2019 resmi membawa Hong Kong mengalami resesi untuk kali pertama sejak tahun 2009, kala krisis keuangan global menerpa.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Seiring dengan kehadiran sentimen-sentimen yang membuat pelaku pasar optimistis untuk memburu instrumen berisiko seperti saham, pasar obligasi tanah air menjadi ditinggalkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular