Harga SUN Diprediksi Memerah Lagi, Sampai Kapan?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 November 2019 09:02
Koreksi harga surat utang negara (SUN) diprediksi berlanjut semakin dalam.
Foto: Bendera Tiongkok dan AS berkibar di dekat Bund, jelang delegasi perdagangan AS bertemu dengan China di Shanghai, Cina 30 Juli 2019. REUTERS / Aly Song
Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi harga surat utang negara (SUN) diprediksi berlanjut semakin dalam pada Jumat ini (22/11/2019) hingga beberapa hari ke depan karena secara teknikal sudah menembus level support atau batas penahan bawah.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai secara jangka pendek koreksi masih dapat terjadi meskipun justru memberi peluang kenaikan dalam jangka menengah dan panjang.

Dari global, semakin runyamnya hubungan Amerika Serikat (AS)-China akibat pengesahan undang-undang HAM menjadi fokus utama investor saat ini, yang memicu investor global lebih melirik instrumen yang dianggap lebih aman daripada di negara berkembang seperti Indonesia.


"Jualan serta merealisasikan keuntungan menurut kami merupakan jalan terbaik saat ini, sehingga dapat bersiap kembali untuk membeli di harga terendah. Kami merekomendasikan jual hari ini," ujar Nico dan tim dalam risetnya pagi ini (22/11/19).

Dia memprediksi penguatan jangka menengah dan panjang dapat terjadi sehingga tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun akan berada di 7% - 7,15%, tentu diharapkan dengan adanya dukungan dari situasi dan kondisi global yang kondusif.

Kamis kemarin, harga SUN juga terkoreksi lagi di tengah memanasnya hubungan AS-China. Koreksi harga masih terjadi meskipun kemarin Bank Indonesia menurunkan batas giro wajib minimum (GWM) yang bisa menumbuhkan sentimen positif di pasar obligasi.

Turunnya harga SUN itu senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, yang berbalik terkoreksi karena adanya sentimen positif dari China yang menyatakan bahwa pembicaraan dengan AS masih berlanjut.


Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN kemarin itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 4,1 basis poin (bps) menjadi 6,53%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular