
Tidak Jelas! Dinamika AS-China Bikin Harga Emas Turun Tipis
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 November 2019 10:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terkoreksi tipis pagi ini, Senin (25/11/2019). Sentimen penggeraknya masih sama, dinamika hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China.
Pada 09.40 WIB, harga emas dunia spot menyentuh level US$ 1.461.32/troy ons. Harga emas turun 0,05% dibanding dengan harga penutupan perdagangan, Jumat (22/11/2019) pekan lalu.
Pekan lalu, harga logam mulia cenderung terkoreksi. Dinamika hubungan dagang AS dengan China masih diwarnai sentimen yang mixed.
Kabar China yang pesimistis terhadap kesepakatan dagang sempat mencuat pekan lalu. Pasalnya China berharap pencabutan bea masuk dimasukkan sebagai poin dalam kesepakatan dagang tahap awal.
"Mood di Beijing soal kesepakatan dagang agak pesimistis, seorang pejabat pemerintah memberitahu kepada saya. China kurang nyaman setelah Trump (Presiden AS Donald Trump) mengatakan tidak ada penghapusan bea masuk. Sekarang strateginya adalah melanjutkan pembicaraan, tetapi (China) terus menunggu perkembangan kemungkinan pelengseran (Trump) dan Pemilu AS 2020. Juga memprioritaskan dukungan terhadap ekonomi domestik," demikian cuit jurnalis CNBC International Eunice Yoon melalui Twitter.
Namun, AS kembali menegaskan bahwa kesepakatan dagang tahap awal sangat mungkin untuk segera diteken.
Kabar tersebut datang dari berbagai pihak, mulai dari Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Presiden AS Donald Trump dan juga Penasihat Pertahanan Gedung Putih Robert O'Brien.
Presiden Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China mungkin sudah dekat.
"Kita akan segera memperoleh kesepakatan dengan China, mungkin sudah dekat. Kami mendukung Hong Kong, tetapi saya juga mendukung Presiden Xi (Jinping). Beliau sahabat saya, seorang yang luar biasa," kata Trump dalam acara tersebut, seperti diberitakan Reuters.
Sementara itu Robert O'Brien, pada Sabtu minggu kemarin mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China Fase I bisa diteken pada akhir tahun ini.
"Kami berharap bisa mencapai kesepakatan pada akhir tahun, saya masih merasa itu mungkin. Pada saat yang sama, kami juga tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi di Hong Kong atau Laut China Selatan atau wilayah lainnya di mana aktivitas China dinilai mengkhawatirkan," papar O'Brien, seperti diwartakan Reuters.
Walau optimisme kembali muncul, isu Hong Kong berpotensi menjadi ganjalan dan perlu dicermati. House of Representatives dan Senat AS mengesahkan aturan yang meminta penegakan hak asasi manusia di wilayah otonom China itu.
Aturan itu tinggal menunggu tanda tangan Presiden AS Donald Trump untuk segera berlaku efektif. Salah satu poinnya adalah AS bisa mengenakan sanksi bagi aparat pemerintah China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
Sikap Washington yang mulai terang-terangan mengintervensi Hong Kong tentu membuat Beijing tidak nyaman. Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa Hong Kong adalah urusan dalam negeri mereka.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan aktivitas ini, hentikan sebelum terlambat. Berhentilah ikut campur dalam urusan Hong Kong dan China. AS harus berhenti melakukan hal-hal yang bisa mengundang balasan dari China," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Ke depan harga emas masih akan dipengaruhi oleh dinamika hubungan dagang AS-China. Jika negosiasi tetap buntu dan juga sikap Washington terhadap Hong Kong semakin memberatkan bukan tidak mungkin harga emas sebagai aset minim risiko akan terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Tarik Ulur AS-China Bikin Harga Emas Dunia Nelangsa
Pada 09.40 WIB, harga emas dunia spot menyentuh level US$ 1.461.32/troy ons. Harga emas turun 0,05% dibanding dengan harga penutupan perdagangan, Jumat (22/11/2019) pekan lalu.
Kabar China yang pesimistis terhadap kesepakatan dagang sempat mencuat pekan lalu. Pasalnya China berharap pencabutan bea masuk dimasukkan sebagai poin dalam kesepakatan dagang tahap awal.
"Mood di Beijing soal kesepakatan dagang agak pesimistis, seorang pejabat pemerintah memberitahu kepada saya. China kurang nyaman setelah Trump (Presiden AS Donald Trump) mengatakan tidak ada penghapusan bea masuk. Sekarang strateginya adalah melanjutkan pembicaraan, tetapi (China) terus menunggu perkembangan kemungkinan pelengseran (Trump) dan Pemilu AS 2020. Juga memprioritaskan dukungan terhadap ekonomi domestik," demikian cuit jurnalis CNBC International Eunice Yoon melalui Twitter.
Namun, AS kembali menegaskan bahwa kesepakatan dagang tahap awal sangat mungkin untuk segera diteken.
Kabar tersebut datang dari berbagai pihak, mulai dari Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Presiden AS Donald Trump dan juga Penasihat Pertahanan Gedung Putih Robert O'Brien.
Presiden Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China mungkin sudah dekat.
"Kita akan segera memperoleh kesepakatan dengan China, mungkin sudah dekat. Kami mendukung Hong Kong, tetapi saya juga mendukung Presiden Xi (Jinping). Beliau sahabat saya, seorang yang luar biasa," kata Trump dalam acara tersebut, seperti diberitakan Reuters.
Sementara itu Robert O'Brien, pada Sabtu minggu kemarin mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China Fase I bisa diteken pada akhir tahun ini.
"Kami berharap bisa mencapai kesepakatan pada akhir tahun, saya masih merasa itu mungkin. Pada saat yang sama, kami juga tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi di Hong Kong atau Laut China Selatan atau wilayah lainnya di mana aktivitas China dinilai mengkhawatirkan," papar O'Brien, seperti diwartakan Reuters.
Walau optimisme kembali muncul, isu Hong Kong berpotensi menjadi ganjalan dan perlu dicermati. House of Representatives dan Senat AS mengesahkan aturan yang meminta penegakan hak asasi manusia di wilayah otonom China itu.
Aturan itu tinggal menunggu tanda tangan Presiden AS Donald Trump untuk segera berlaku efektif. Salah satu poinnya adalah AS bisa mengenakan sanksi bagi aparat pemerintah China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
Sikap Washington yang mulai terang-terangan mengintervensi Hong Kong tentu membuat Beijing tidak nyaman. Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa Hong Kong adalah urusan dalam negeri mereka.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan aktivitas ini, hentikan sebelum terlambat. Berhentilah ikut campur dalam urusan Hong Kong dan China. AS harus berhenti melakukan hal-hal yang bisa mengundang balasan dari China," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Ke depan harga emas masih akan dipengaruhi oleh dinamika hubungan dagang AS-China. Jika negosiasi tetap buntu dan juga sikap Washington terhadap Hong Kong semakin memberatkan bukan tidak mungkin harga emas sebagai aset minim risiko akan terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Tarik Ulur AS-China Bikin Harga Emas Dunia Nelangsa
Most Popular