
Gegara AS-China, Kegamangan Masih Selimuti Rupiah Dkk
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 November 2019 08:26

Pelaku pasar masih wait and see karena hubungan AS-China yang maju-mundur. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengirimkan pesan yang mixed.
Di satu sisi, Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan damai dagang AS-China Fase I bisa segera diteken. "Kita akan segera memperoleh kesepakatan dengan China, mungkin sudah dekat," ujar Trump dalam wawancara bersama Fox News, seperti dikutip dari Reuters.
Namun di sisi lain, Trump menegaskan kesepakatan dengan China tidak bisa imbang. Kepentingan AS harus diutamakan, karena selama ini China dinilai telah berlaku tidak adil.
"AS menderita selama bertahun-tahun karena China mencatat surplus (perdagangan) yang begitu besar. Saya sudah mengatakan kepada Presiden Xi bahwa (kesepatan) ini tidak bisa seimbang. Kami ada di lantai, sementara Anda sudah di langit-langit," tegas Trump dalam wawancara di Fox News.
Pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Pekan ini, tepatnya pada Selasa dini hari waktu Indonesia, US Census Bureau akan mengumumkan pembacaan awal neraca perdagangan AS. Nanti akan terlihat bagaimana perkembangan neraca perdagangan AS dengan China. Jika semakin parah, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi rencana damai dagang.
Oleh karena itu, masih ada risiko AS-China tidak bisa dipertemukan. Selama AS masih membukukan defisit perdagangan dengan China, apalagi kalau nilainya semakin parah, maka Trump bakal semakin galak dan perang dagang bisa semakin panjang.
Dengan risiko perang dagang yang bisa kembali berkecamuk, pelaku pasar tentu emoh bermain agresif. Lebih baik memasang posisi defensif dulu, sambil menanti perkembangan terbaru seputar relasi Washington-Beijing.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Di satu sisi, Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan damai dagang AS-China Fase I bisa segera diteken. "Kita akan segera memperoleh kesepakatan dengan China, mungkin sudah dekat," ujar Trump dalam wawancara bersama Fox News, seperti dikutip dari Reuters.
Namun di sisi lain, Trump menegaskan kesepakatan dengan China tidak bisa imbang. Kepentingan AS harus diutamakan, karena selama ini China dinilai telah berlaku tidak adil.
Pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Pekan ini, tepatnya pada Selasa dini hari waktu Indonesia, US Census Bureau akan mengumumkan pembacaan awal neraca perdagangan AS. Nanti akan terlihat bagaimana perkembangan neraca perdagangan AS dengan China. Jika semakin parah, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi rencana damai dagang.
Oleh karena itu, masih ada risiko AS-China tidak bisa dipertemukan. Selama AS masih membukukan defisit perdagangan dengan China, apalagi kalau nilainya semakin parah, maka Trump bakal semakin galak dan perang dagang bisa semakin panjang.
Dengan risiko perang dagang yang bisa kembali berkecamuk, pelaku pasar tentu emoh bermain agresif. Lebih baik memasang posisi defensif dulu, sambil menanti perkembangan terbaru seputar relasi Washington-Beijing.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular