Harga Emas Merangkak Naik, Bisa Sampai Penutupan Perdagangan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 November 2019 21:28
Harga Emas Merangkak Naik, Bisa Sampai Penutupan Perdagangan?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Jumat (22/11/19) harga emas dunia masih merangkak naik. Tarik ulur perundingan dagang AS-China membuat harga emas ikut naik-turun sepanjang pekan ini, meski masih berada di rentang itu-itu saja.

Rentang perdagangan emas dunia di pekan ini berada di kisaran US$ 1.455 - 1.478/troy ons, atau tidak sampai US$ 25. Pada hari ini, pukul 20:40 WIB, emas diperdagangkan di level menguat 0,35% ke level US$ 1.469,22/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sempitnya pergerakan emas di pekan ini memberikan gambaran sikap wait and see para pelaku pasar terkait perundingan dagang AS-China.



Reuters pada hari Rabu melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.

Pemberitaan dari Reuters tersebut mengutip pakar-pakar di bidang perdagangan dan orang-orang yang dekat dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.

"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.

Namun, memasuki perdagangan sesi AS kemarin, kabar baru berhembus, China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon. "China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face Beijing



Selanjutnnya Presiden China, Xi Jinping, juga akhirnya bersuara.  "Kita ingin bekerja dalam pembicaraan perdamaian fase pertama (ini) dengan dasar saling menghormati dan persamaan," katanya sebagaimana ditulis AFP saat berbicara dalam sebuah forum di Beijing.

"Namun ketika dibutuhkan kita akan melawan balik meski kita tengah bekerja secara aktif untuk menghindari perang dagang. Kita tidak memulai perang dagang ini dan ini bukan-lah hal yang kita inginkan."

Bagaimana sebenarnya hubungan kedua negara belum diketahui secara pasti, yang membuat harga emas masih di situ-situ saja. Tetapi satu hal yang pasti, emas sedang dalam tekanan akibat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)

Rilis data ekonomi Paman Sam yang membaik, serta notula kebijakan moneter The Fed memberikan tekanan bagi emas Kamis kemarin. Indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 di bulan ini, jauh lebih tinggi dari bulan Oktober lalu sebesar 5,6. 

Data tersebut tentunya mendukung sikap The Fed yang melihat kondisi ekonomi saat ini lebih baik di bandingkan beberapa pekan lalu. Sikap tersebut tertuang dalam notula The Fed yang dirilis Kamis dini hari lalu. 



Dalam notula tersebut juga menunjukkan keputusan The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada bulan Oktober tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.

Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga mengindikasikan tidak akan terburu-buru mengubah sikap mempertahankan suku bunga.

Malam ini, Markit akan melaporkan data aktivitas manufaktur AS secara keseluruhan untuk bulan November. Berdasarkan data dari Forex Factory, angka indeks aktivitas manufaktur AS diprediksi naik menjadi 51,5 dari sebelumnya 51,3. 

Jika rilis tersebut sesuai ekspektasi, tentunya akan semakin menguatkan sikap yang diambil oleh Powell, suku bunga tidak lagi diturunkan, dan emas bisa terjungkal lagi. Tetapi jika data tersebut malah menunjukkan penurunan, emas akan mendapat momentum penguatannya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(pap/pap) Next Article Citigroup: Emas Akan Cetak Rekor Lagi Sebelum Akhir 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular