
Ooo, Jadi Ini Penyebab Dolar AS Sudah Tembus Rp 14.100...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2019 10:12

Situasi eksternal memang sedang tidak kondusif. Penyebabnya apa lagi kalau bukan perkembangan hubungan AS-China.
Sepertinya asa kesepakatan damai dagang AS-China Fase I semakin pudar. Kedua negara mulai menunjukkan pesimisme bahwa kesepakatan tersebut bisa terjadi dalam waktu dekat.
Christian Whiton, Senior Fellow for Strategy and Trade di Center for the National Interest, mengatakan bahwa satu hal yang mengganjal adalah permintaan China untuk menghapus segala bentuk bea masuk yang sudah diterapkan selama perang dagang. Sebagai informasi, AS telah memberlakukan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 550 miliar selama perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun terakhir.
"Kalau pembicaraan berlangsung mulus, maka kenaikan bea masuk lebih lanjut bisa dibatalkan. Namun kalau tidak, maka AS akan kembali mengenakan bea masuk baru dan proses perundingan berlanjut sampai tahun depan," kata Whiton, dikutip dari Reuters.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa proses untuk mencapai kesepakatan Fase I memang berjalan lebih lambat dari perkiraan. "Saya rasa mereka belum mencapai level yang saya inginkan," tegasnya dalam kunjungan kerja di Texas, seperti diberitakan Reuters.
Dari Beijing, Bloomberg memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, Wakil Perdana Menteri Liu He menyatakan tetap optimistis perjanjian damai dagang Fase I bisa tercapai. Namun optimisme itu disertai dengan kehati-hatian (cautiously optimistic).
Beberapa sumber menyebut Liu He menyatakan kekhawatiran tersebut dalam sebuah jamuan makan malam. Liu bingung, karena permintaan AS mulai melebar misalnya menyangkut isu penanganan demonstrasi di Hong Kong. Namun pada intinya, Liu masih yakin kesepakatan dagang dengan AS bisa terwujud, masalahnya hanya soal waktu.
Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyebutkan bahwa hanya sedikit orang di China yang yakin kesepakatan damai dagang AS-China bisa terjadi dalam waktu dekat. "China ingin ada kesepakatan, tetapi bersiap dengan skenario terburuk yaitu perang dagang berlangsung dalam waktu lama," cuit Hu di Twitter.
Awan mendung yang menggelayuti kesepakatan dagang AS-China membuat investor mundur teratur dari aset-aset berisiko. Instrumen aman (safe haven) seperti yen atau emas menjadi buruan utama.
(aji/aji)
Sepertinya asa kesepakatan damai dagang AS-China Fase I semakin pudar. Kedua negara mulai menunjukkan pesimisme bahwa kesepakatan tersebut bisa terjadi dalam waktu dekat.
Christian Whiton, Senior Fellow for Strategy and Trade di Center for the National Interest, mengatakan bahwa satu hal yang mengganjal adalah permintaan China untuk menghapus segala bentuk bea masuk yang sudah diterapkan selama perang dagang. Sebagai informasi, AS telah memberlakukan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 550 miliar selama perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun terakhir.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa proses untuk mencapai kesepakatan Fase I memang berjalan lebih lambat dari perkiraan. "Saya rasa mereka belum mencapai level yang saya inginkan," tegasnya dalam kunjungan kerja di Texas, seperti diberitakan Reuters.
Dari Beijing, Bloomberg memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, Wakil Perdana Menteri Liu He menyatakan tetap optimistis perjanjian damai dagang Fase I bisa tercapai. Namun optimisme itu disertai dengan kehati-hatian (cautiously optimistic).
Beberapa sumber menyebut Liu He menyatakan kekhawatiran tersebut dalam sebuah jamuan makan malam. Liu bingung, karena permintaan AS mulai melebar misalnya menyangkut isu penanganan demonstrasi di Hong Kong. Namun pada intinya, Liu masih yakin kesepakatan dagang dengan AS bisa terwujud, masalahnya hanya soal waktu.
Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyebutkan bahwa hanya sedikit orang di China yang yakin kesepakatan damai dagang AS-China bisa terjadi dalam waktu dekat. "China ingin ada kesepakatan, tetapi bersiap dengan skenario terburuk yaitu perang dagang berlangsung dalam waktu lama," cuit Hu di Twitter.
Awan mendung yang menggelayuti kesepakatan dagang AS-China membuat investor mundur teratur dari aset-aset berisiko. Instrumen aman (safe haven) seperti yen atau emas menjadi buruan utama.
(aji/aji)
Next Page
BI Tahan Bunga Acuan?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular