
Damai Dagang Mundur nih, Harga Emas Dunia Siap 'Ngamuk'!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 November 2019 09:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mengalami penguatan pagi ini, Kamis (21/11/2019). Kondisi global yang tak kondusif terutama hubungan AS-China membuat harga emas naik.
Pada 09.10 WIB harga emas global berada di US$ 1.475,31/troy ons naik 0,28% dibanding harga penutupan Rabu kemarin. Harga emas mengalami tren kenaikan sebesar 1,35% sejak 11 November 2019.
Penguatan harga emas dipicu oleh hubungan AS-China yang kembali merenggang. Kini Paman Sam mulai mencampuri urusan China dengan Hong Kong.
Mengutip Reuters, DPR AS pada hari Rabu (20/11/2019) meloloskan dua rancangan undang-undang untuk mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia.
Presiden AS Donald Trump diharapkan untuk menandatangani mereka ke dalam undang-undang meskipun pembicaraan perdagangan yang rumit dengan Beijing
Sehari sebelumnya, Senat AS mengeluarkan undang-undang yang mensyaratkan sertifikasi tahunan otonomi Hong Kong dan memperingatkan Beijing agar tidak menekan demonstran dengan keras. China meminta Washington berhenti mencampuri urusan dalam negerinya dan mengatakan akan membalas.
Di sisi lain pembicaraan dagang antara AS-China tampak buntu, walau pun diskusi terus berlangsung dan dinilai berjalan konstruktif. Keyakinan ini diungkapkan Reuters melalui narasumber eksklusifnya yang berada di lingkaran Gedung Putih.
Tekanan China yang terus meminta agar AS menghapuskan lebih banyak tarif impor membuat pembicaraan mandek. Bukan hanya itu, para pakar perdagangan dan sumber-sumber Reuters mengatakan negosiasi kini menjadi lebih rumit.
Trump menilai mengurangi bea masuk, seperti harapan China, membutuhkan kompensasi yang lebih besar. Sehingga harus ada hal yang lebih dari sekedar isu kekayaan intelektual dan transfer teknologi inti serta ekspor pertanian yang diajukan pemerintahan AS.
Pada 11 Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa kesepakatan dagang akan ditandatangani lima minggu dari pertemuan tersebut. Tapi sayangnya hingga kini hal tersebut belum bisa terealisasi.
Sementara itu, dari pihak China, para pejabat mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Trump mungkin akan menandatangani kesepakatan pada awal Desember. Itu dikarenakan China berupaya memperoleh kesepakatan sebelum 15 Desember tiba. Pada 15 Desember, AS telah menjadwalkan untuk menerapkan tarif impor baru pada barang-barang China senilai US$ 156 miliar.
Barang-barang itu termasuk barang elektronik dan dekorasi Natal. Banyak pihak percaya, jika kesepakatan fase satu dapat ditandatangani kedua negara sebelum 15 Desember, maka tarif baru itu akan batal dikenakan.
"Jika pembicaraan benar-benar berjalan dengan baik, kenaikan itu akan ditangguhkan," kata Christian Whiton, seorang rekan senior untuk strategi dan perdagangan di Pusat Kepentingan Nasional, dan mantan penasihat administrasi Trump dan George W. Bush.
"Jika tidak, AS akan menerapkan (tarif)-nya dan itu akan membuat perang dagang berlanjut ke tahun depan."
Hubungan AS-China yang merenggang ini membuat risiko ketidakpastian global kembali meninggi. Investor kembali melirik aset minim risiko seperti emas sehingga harganya terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Pada 09.10 WIB harga emas global berada di US$ 1.475,31/troy ons naik 0,28% dibanding harga penutupan Rabu kemarin. Harga emas mengalami tren kenaikan sebesar 1,35% sejak 11 November 2019.
Mengutip Reuters, DPR AS pada hari Rabu (20/11/2019) meloloskan dua rancangan undang-undang untuk mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia.
Presiden AS Donald Trump diharapkan untuk menandatangani mereka ke dalam undang-undang meskipun pembicaraan perdagangan yang rumit dengan Beijing
Sehari sebelumnya, Senat AS mengeluarkan undang-undang yang mensyaratkan sertifikasi tahunan otonomi Hong Kong dan memperingatkan Beijing agar tidak menekan demonstran dengan keras. China meminta Washington berhenti mencampuri urusan dalam negerinya dan mengatakan akan membalas.
Di sisi lain pembicaraan dagang antara AS-China tampak buntu, walau pun diskusi terus berlangsung dan dinilai berjalan konstruktif. Keyakinan ini diungkapkan Reuters melalui narasumber eksklusifnya yang berada di lingkaran Gedung Putih.
Tekanan China yang terus meminta agar AS menghapuskan lebih banyak tarif impor membuat pembicaraan mandek. Bukan hanya itu, para pakar perdagangan dan sumber-sumber Reuters mengatakan negosiasi kini menjadi lebih rumit.
Trump menilai mengurangi bea masuk, seperti harapan China, membutuhkan kompensasi yang lebih besar. Sehingga harus ada hal yang lebih dari sekedar isu kekayaan intelektual dan transfer teknologi inti serta ekspor pertanian yang diajukan pemerintahan AS.
![]() |
Pada 11 Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa kesepakatan dagang akan ditandatangani lima minggu dari pertemuan tersebut. Tapi sayangnya hingga kini hal tersebut belum bisa terealisasi.
Sementara itu, dari pihak China, para pejabat mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Trump mungkin akan menandatangani kesepakatan pada awal Desember. Itu dikarenakan China berupaya memperoleh kesepakatan sebelum 15 Desember tiba. Pada 15 Desember, AS telah menjadwalkan untuk menerapkan tarif impor baru pada barang-barang China senilai US$ 156 miliar.
Barang-barang itu termasuk barang elektronik dan dekorasi Natal. Banyak pihak percaya, jika kesepakatan fase satu dapat ditandatangani kedua negara sebelum 15 Desember, maka tarif baru itu akan batal dikenakan.
"Jika pembicaraan benar-benar berjalan dengan baik, kenaikan itu akan ditangguhkan," kata Christian Whiton, seorang rekan senior untuk strategi dan perdagangan di Pusat Kepentingan Nasional, dan mantan penasihat administrasi Trump dan George W. Bush.
"Jika tidak, AS akan menerapkan (tarif)-nya dan itu akan membuat perang dagang berlanjut ke tahun depan."
Hubungan AS-China yang merenggang ini membuat risiko ketidakpastian global kembali meninggi. Investor kembali melirik aset minim risiko seperti emas sehingga harganya terkerek naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Most Popular