AS-China Kian Panas, Harga SUN Diprediksi Terkoreksi Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 November 2019 09:29
Pasar obligasi diprediksi masih akan terkoreksi dalam jangka pendek.
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi masih akan terkoreksi dalam jangka pendek, pada perdagangan Kamis ini (21/11/2019), meskipun masih dapat menguat pada periode jangka menengah dan panjang karena perkembangan pasar keuangan global yang masih belum kondusif dan semakin panas.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai saat ini sentimen yang paling diperhatikan pelaku pasar adalah sinyal dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kecenderungan untuk menahan suku bunga, jika tidak ada rilis data ekonomi yang ekstrem. Hal tersebut tentu dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi


Selain itu, sentimen negatif lain juga datang dari pengesahan undang-undang AS terkait dengan perlindungan hak asasi manusia di Hong Kong.

Kejadian tersebut tentu dapat membuat hubungan Washington-Beijing semakin amburadul, yang ditunjukkan oleh ancaman China yang sebelumnya menginginkan UU itu tidak disahkan.

"Kami merekomendasikan wait and see hari ini, pergerakan harga pasar obligasi yang bergerak melebihi 45 bps [basis poin], akan menjadi arah selanjutnya bagi pasar obligasi," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (21/11/19).


Nico menilai koreksi yang terjadi dalam sepekan terakhir dan arus dana sing keluar (capital outflow) masih cukup wajar. Investor, lanjutnya, juga disarankan untuk mengikuti volatilitas tersebut, agar dapat tetap mengambil keuntungan di dalam situasi dan kondisi apapun.

Dari domestik, sisi positif yang dapat menjaga momentum dan mendukung pasar obligasi pemerintah agar koreksi tidak terlalu besar adalah masih derasnya aliran dana investor asing ke pasar SUN hingga berada pada angka Rp 1.066,67 triliun per 19 November.

Data porsi investor di pasar SBN mengacu informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.066,67 triliun SBN, yang artinya berporsi 38,91% dari total beredar Rp 2.741 triliun.

Angka itu mencerminkan masih adanya inflow asing senilai Rp 173,42 triliun sejak awal tahun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas) Next Article Harga SUN Boleh Koreksi, tapi Masih Digemari Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular