
Tunggu 'Arahan' MH Thamrin, Rupiah Pilih Diam
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 November 2019 08:37

Investor lagi-lagi dibuat berkeringat dingin gara-gara hubungan AS-China. Drama proses penandatanganan perjanjian damai dagang Fase I masih menjadi perhatian utama.
Kini beredar kabar yang kurang sedap. Mengutip Reuters, seorang pengamat perdagangan yang dekat dengan Gedung Putih mengungkapkan bahwa kesepakatan tersebut sepertinya sulit untuk terwujud tahun ini.
Christian Whiton, Senior Fellow for Strategy and Trade di Center for the National Interest, mengatakan bahwa satu hal yang mengganjal adalah permintaan China untuk menghapus segala bentuk bea masuk yang sudah diterapkan selama perang dagang. Sebagai informasi, AS telah memberlakukan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 550 miliar selama perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun terakhir.
"Kalau pembicaraan berlangsung mulus, maka kenaikan bea masuk lebih lanjut bisa dibatalkan. Namun kalau tidak, maka AS akan kembali mengenakan bea masuk baru dan proses perundingan berlanjut sampai tahun depan," kata Whiton.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa proses untuk mencapai kesepakatan Fase I memang berjalan lebih lambat dari perkiraan. "Saya rasa mereka belum mencapai level yang saya inginkan," tegasnya dalam kunjungan kerja di Texas, seperti diberitakan Reuters.
Bahkan suara dari Beijing kini agak pesimistis. Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyebutkan bahwa hanya sedikit orang di China yang yakin kesepakatan damai dagang AS-China bisa terjadi dalam waktu dekat.
"China ingin ada kesepakatan, tetapi bersiap dengan skenario terburuk yaitu perang dagang berlangsung dalam waktu lama," cuit Hu di Twitter.
Awan mendung yang menggelayuti kesepakatan dagang AS-China membuat investor mundur teratur dari aset-aset berisiko. Instrumen aman (safe haven) seperti yen atau emas menjadi buruan utama. Pada pukul 08:27 WIB, harga emas di pasar spot naik 0,06% dan dalam sepekan terakhir kenaikannya sudah 0,26%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Kini beredar kabar yang kurang sedap. Mengutip Reuters, seorang pengamat perdagangan yang dekat dengan Gedung Putih mengungkapkan bahwa kesepakatan tersebut sepertinya sulit untuk terwujud tahun ini.
Christian Whiton, Senior Fellow for Strategy and Trade di Center for the National Interest, mengatakan bahwa satu hal yang mengganjal adalah permintaan China untuk menghapus segala bentuk bea masuk yang sudah diterapkan selama perang dagang. Sebagai informasi, AS telah memberlakukan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 550 miliar selama perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun terakhir.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa proses untuk mencapai kesepakatan Fase I memang berjalan lebih lambat dari perkiraan. "Saya rasa mereka belum mencapai level yang saya inginkan," tegasnya dalam kunjungan kerja di Texas, seperti diberitakan Reuters.
Bahkan suara dari Beijing kini agak pesimistis. Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyebutkan bahwa hanya sedikit orang di China yang yakin kesepakatan damai dagang AS-China bisa terjadi dalam waktu dekat.
"China ingin ada kesepakatan, tetapi bersiap dengan skenario terburuk yaitu perang dagang berlangsung dalam waktu lama," cuit Hu di Twitter.
Awan mendung yang menggelayuti kesepakatan dagang AS-China membuat investor mundur teratur dari aset-aset berisiko. Instrumen aman (safe haven) seperti yen atau emas menjadi buruan utama. Pada pukul 08:27 WIB, harga emas di pasar spot naik 0,06% dan dalam sepekan terakhir kenaikannya sudah 0,26%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular