Erick Tunjuk Fajar Harry Jadi Dirut Barata, BUMN Apakah Ini?

tahir saleh, CNBC Indonesia
19 November 2019 18:04
BUMN Barata Indonesia jadi tempat baru salah satu eselon I Kementerian BUMN.
Foto: Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan perombakan besar-besaran atas jajaran eselon I dengan tujuan memangkas birokrasi di tubuh kementerian ini.

Salah satunya Fajar Harry Sampurno, eks Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, akhirnya digeser menjadi direktur utama salah satu BUMN, PT Barata Indonesia.

"Iya betul mba [jadi dirut Barata], salam," kata Fajar dalam pesannya ke CNBC Indonesia, Senin (19/11/2019).

Sebelumnya Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan para eselon I termasuk Sekretaris Menteri hingga Deputi Menteri BUMN akan diganti posisinya menjadi direksi BUMN.


"Karena deputi sudah lama di sini [Kementerian BUMN]. Mereka perlu refresh lagi ke perusahaan-perusahaan. Maka kita minta beliau kita harapkan mau untuk kita ke perusahaan-perusahaan, pegang BUMN," ujar Arya di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin kemarin (18/11/2019).

Fajar Harry Tiba di Kementerian BUMN, Pindah ke Mana Pak?Foto: Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)


Selasa pagi ini (19/11/2019), Fajar tiba di gedung Kementerian BUMN sekitar pukul 10.40 WIB menggunakan batik bernuansa ungu muda ditujukan untuk menghadiri acara.

"Nanti ya. Saya ada acara di atas," kata Fajar ketika ditemui di lobi Kementerian, Selasa pagi (19/11/2019).

Fajar adalah birokrat kelahiran Blitar pada 18 April 1966. Gelar sarjana diperoleh dari Universitas Brawijaya, Master of Business Administration dari Monash University, dan meraih gelar Doctor of Philosophy dari University of Iowa, AS.

Adapun Barata merupakan BUMN yang bergerak di bidang pengecoran, manufacturing dan EPC (Engineering, Procurement, Construction).

Dengan posisi baru ini, Fajar menggantikan dirut Barata yang saat ini masih dijabat Oksarlidady Arifin. Oksarlidady adalah mantan Manajer Proyek Jembatan Jababeka di Cikarang, Manajer Pemasaran PT Wijaya Karya Intrade dan Manajer Divisi Konstruksi di PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi dan mantan Direktur PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (WIKA IKON).

Erick Geser Eselon I BUMN Pindah ke Barata, BUMN Apakah Ini?Foto: Dok. Barata Indonesia

Lalu bagaimana sepak terjang Barata?

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan di situs perusahaan, tercatat laporan keuangan terakhir yakni 2017, belum ada publikasi 2018. Kinerja perusahaan juga positif dengan aset naik menjadi Rp 2,92 triliun dari aset 2016 yakni Rp 2,08 triliun.

Pendapatan pada 2017 juga melonjak menjadi Rp 1,19 triliun dari 2016 yakni Rp 702,75 miliar, dengan catatan laba bersih mencapai Rp 51,61 miliar dari periode 2016 yang hanya Rp 20,25 miliar.

Menariknya, Barata Indonesia yang sebelumnya dipimpin oleh Silmy Karim (Dirut PT Krakatau Steel Tbk) ini ternyata juga langganan dalam menerbitkan surat utang jangka menengah alias Medium Term Notes di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat, pertama kali MTN I 2017 Seri A dirilis dengan jatuh tempo 7 Desember 2020, nilainya Rp 200 miliar. Lalu untuk Seri B MTN yang sama yakni senilai Rp 100 miliar, jatuh tempo pada 16 Maret 2021.


Untuk MTN II Barata Indonesia Tahun 2019 Tahap I Seri A diterbitkan senilai Rp 50 miliar dan jatuh tempo pada 17 Juli 2022. Kemudian Tahap I Seri B senilai Rp 50 miliar dengan jatuh tempo 25 Juli 2022.

Adapun pada September lalu, Barata menerbitkan MTN III Barata Indonesia pada 14 September 2020 mencapai Rp 100 miliar, dengan kupon 9,05%.

Sebetulnya, sejarah perusahaan berawal dari cikal bakal perseroan bernama "NV BRAAT" pada tahun 1924. Pada 1901, NV Braat Machine Fabriek pertama kali berdiri dengan fokus penyedia fasilitas perawatan pabrik-pabrik gula di Jawa Timur. Lalu pada tahun 1961, perusahaan ini kemudian dinasionalisasi dan berubah nama menjadi PN Barata, sebagaimana terekam dalam situs resminya.

Pada 1920, ada perusahaan Belanda lagi bernama Machine Fabriek & Werf NV. Molen Fliet yang berdiri dengan fokus hampir sama dengan PN Barata yakni penyedia jasa peralatan pabrik gula di luar Jawa Timur. Tahun 1961, perusahaan ini juga dinasionalisasi dan berubah nama menjadi PN Sabang Merauke.

Pada era 1961-1971, tiga perusahaan nasional PN Barata, PN Sabang Merauke dan PN Peprida dijadikan satu menjadi PT Barata Metalworks & Engineering. Lini usaha utama diperluas menjadi perawatan pabrik gula, produsen mesin pengolah hasil perkebunan, pabrikasi dan instalasi konstruksi baja, produsen mesin penggilas jalan, serta jasa instalasi proyek-proyek industri dasar.

Erick Geser Eselon I BUMN Pindah ke Barata, BUMN Apakah Ini?Foto: Dok. Barata Indonesia

Pada 1989, perseroan dikelola oleh Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) dan pada 1998 perseroan menjadi anak perusahaan PT Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero) dengan keputusan Meneg Pendayagunaan BUMN Nomor Kep.036/M-PUBMN/98 tanggal 7 Agustus 1998.

Pada 2002, perseroan kembali di bawah pengelolaan Kementerian BUMN setelah PT BPIS dilikuidasi dan pada era 2005 perseroan melakukan realokasi pabrik dari Jalan Ngagel Surabaya ke lokasi Gresik.

Era 2016, perseroan sebagai PT Barata Indonesia, mendapatkan suntikan dana pemerintah atau PMN sebesar Rp 500 miliar yang secara finansial memperkuat posisi perseroan dalam bisnis. Pada 2018 perseroan melakukan perluasan usaha dan rencana akuisisi terwujud dengan dibelinya aset pabrik komponen turbin milik Siemens di Cilegon.


[Gambas:Video CNBC]


(tas/hoi) Next Article Mantan Anak Buah Erick: 10 BUMN 'Mati' kok Gak Dibubarin?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular