
Bank Sentralnya Diprediksi Terapkan QE, Dolar Australia KO
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 November 2019 11:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Australia di awal perdagangan Senin (18/11/19), setelah membukukan penurunan dua pekan beruntun.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,25% ke level Rp 9.569,05/AU$. Namun perlahan-lahan penguatan itu terpangkas hingga menyisakan 0,11% di level Rp 9.582,40/AU$ pada pukul 11:20 WIB.
Pelemahan dolar Australia juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari beberapa bank pada pukul 11:55 WIB.
Data tenaga kerja Australia yang dirilis Kamis pekan lalu masih menjadi penekan mata uang Kanguru. Badan Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%.
Kenaikan tingkat pengangguran tersebut tentunya menjadi kabar buruk bagi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini hingga ke rekor terendah sepanjang masa 0,75%. Harapannya, tingkat pengangguran bisa ditekan turun, dan inflasi bisa bergerak naik.
Namun nyatanya tingkat pengangguran malah naik lagi di bulan Oktober, sehingga analis mata uang di MUFG Lee Hardman memperkirakan RBA berpeluang besar menerapkan tingkat kebijakan moneter ekstra longgar atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Sebagaimana dilansir poundsterlinglive.com, Hardman mengatakan pelemahan dolar Australia sesuai dengan pandangan mereka, di mana RBA semakin dekat untuk menggunakan kebijakan moneter yang tidak biasa.
QE merupakan program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) yang dilakukan bank sentral untuk membanjiri pasar dengan likuiditas. Harapannya roda perekonomian semakin melaju kencang, sehingga membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, terjadi peningkatan gaji, serta kenaikan inflasi.
Bank sentral yang sukses membawa ekonominya pulih antara lain bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Bank of England (BOE) dan European Central Bank (ECB). ECB sudah menghentikan program QE di akhir tahun lalu setelah perekonomiannya membaik, tetapi mengaktifkan lagi di bulan ini akibat pelambatan ekonomi kembali terjadi.
Di awal bulan ini, RBA mengatakan akan mengambil sikap wait and see sebelum memutuskan akan memangkas suku bunga lagi atau tidak dalam waktu dekat. Dengan tingkat pengangguran yang kembali naik, agaknya RBA akan segera memangkas suku bunga lagi sebelum mengimplementasikan QE.
Saat QE dilakukan oleh bank sentral, mata uangnya cenderung akan mengalami pelemahan akibat banjir likuiditas di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,25% ke level Rp 9.569,05/AU$. Namun perlahan-lahan penguatan itu terpangkas hingga menyisakan 0,11% di level Rp 9.582,40/AU$ pada pukul 11:20 WIB.
Pelemahan dolar Australia juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari beberapa bank pada pukul 11:55 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BTN | 9.490,00 | 9.694,00 |
BCA | 9.576,57 | 9.606,57 |
Mandiri | 9.568,00 | 9.605,00 |
BNI | 9.557,00 | 9.629,00 |
Data tenaga kerja Australia yang dirilis Kamis pekan lalu masih menjadi penekan mata uang Kanguru. Badan Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%.
Kenaikan tingkat pengangguran tersebut tentunya menjadi kabar buruk bagi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini hingga ke rekor terendah sepanjang masa 0,75%. Harapannya, tingkat pengangguran bisa ditekan turun, dan inflasi bisa bergerak naik.
Namun nyatanya tingkat pengangguran malah naik lagi di bulan Oktober, sehingga analis mata uang di MUFG Lee Hardman memperkirakan RBA berpeluang besar menerapkan tingkat kebijakan moneter ekstra longgar atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
Sebagaimana dilansir poundsterlinglive.com, Hardman mengatakan pelemahan dolar Australia sesuai dengan pandangan mereka, di mana RBA semakin dekat untuk menggunakan kebijakan moneter yang tidak biasa.
QE merupakan program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) yang dilakukan bank sentral untuk membanjiri pasar dengan likuiditas. Harapannya roda perekonomian semakin melaju kencang, sehingga membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, terjadi peningkatan gaji, serta kenaikan inflasi.
Bank sentral yang sukses membawa ekonominya pulih antara lain bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Bank of England (BOE) dan European Central Bank (ECB). ECB sudah menghentikan program QE di akhir tahun lalu setelah perekonomiannya membaik, tetapi mengaktifkan lagi di bulan ini akibat pelambatan ekonomi kembali terjadi.
Di awal bulan ini, RBA mengatakan akan mengambil sikap wait and see sebelum memutuskan akan memangkas suku bunga lagi atau tidak dalam waktu dekat. Dengan tingkat pengangguran yang kembali naik, agaknya RBA akan segera memangkas suku bunga lagi sebelum mengimplementasikan QE.
Saat QE dilakukan oleh bank sentral, mata uangnya cenderung akan mengalami pelemahan akibat banjir likuiditas di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular