Sedih, IHSG Tak Jadi Jawara di Asia Minggu Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 November 2019 12:50
Sedih, IHSG Tak Jadi Jawara di Asia Minggu Ini
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks bursa saham dalam negeri membukukan koreksi minggu ini. Kondisi ekonomi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja membuat IHSG tak mampu jadi jawara di Benua Kuning.

Sepekan terakhir IHSG membukukan koreksi sebesar 0,8%. IHSG harus mengakui kekalahan dari indeks Kospi yang terapresiasi sebesar 1,2% (w-o-w), Sensex yang naik tipis 0,1% (w-o-w), Nikkei yang ambles 0,4% (w-o-w) dan TAIEX yang anjlok 0,5% (w-o-w).

Sementara itu, IHSG masih unggul dari indeks utama kawasan Asia Tenggara yang membukukan koreksi lebih dalam pada minggu ini.



Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh sentimen global maupun lokal. Kelanjutan drama perang dagang Washington-Beijing masih jadi sentimen global utama penggerak indeks saham dunia.

Perdagangan pekan ini diwarnai oleh kesimpangsiuran kelanjutan negosiasi dagang antara AS-China. Sempat terdengar kabar bahwa keduanya sepakat menghapus bea masuk yang dikenakan pada produk AS maupun China.

Tak lama setelah kabar tersebut beredar, Trump akhirnya angkat bicara dan membantah isu tersebut. Dirinya menyebut belum menyetujui apa pun dan mengatakan bahwa China lebih ingin membuat kesepakatan ketimbang AS. Dalam kesempatan lain, pada pidatonya di acara New York Economic Club, Trump menyebut China curang.

"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sebaik China. Saya tidak akan mengatakan "curang", tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump, sebagaimana dilansir CNBC International.

Setelah membuat pelaku pasar kebingungan, akhirnya kabar gembira datang dari penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow. Larry menyebut negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif.

Larry mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon. Sentimen inilah yang membuat mayoritas bursa Asia kompak melanggeng ke zona hijau pada penutupan perdagangan Jumat (15/11/2019), tak terkecuali IHSG.

Namun performa mingguan IHSG masih belum ciamik karena membukukan koreksi. Kondisi perekonomian dalam negeri cukup membebani IHSG untuk mencatatkan pertumbuhan di minggu ini.
Walau neraca perdagangan bulan Oktober secara tak terduga mencatatkan surplus sebesar US$ 160 juta, tetapi harus tetap hati-hati pasalnya impor turun lebih dalam dan ekspor juga masih terkontraksi. Indikator ekonomi Indonesia lainnya juga mengindikasikan bahwa perekonomian ibu pertiwi sedang tidak baik-baik saja.

Indonesia merupakan negara yang perekonomiannya ditopang oleh konsumsi domestik. Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga menyumbang 56,52% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Namun, hawa kelesuan konsumsi dan pelemahan daya beli masyarakat mulai terasa. Hal itu tercermin dari beberapa indikator seperti data penjualan otomotif, penjualan ritel dan data lain yang sifatnya lebih makro seperti Indeks Keyakinan konsumen atau IKK.

Pada Oktober, penjualan mobil turun 9,5% year-on-year (y-o-y). Sudah empat bulan beruntun penjualan mobil berada di teritori negatif.

Sementara penjualan sepeda motor turun 2% YoY pada Oktober. Dalam tiga bulan terakhir, penjualan motor terlihat dalam tren menurun.

Data-data di level yang lebih makro juga memberi gambaran serupa. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang masih di atas 100, berarti rumah tangga masih optimistis menghadapi perekonomian saat ini dan masa depan.

Namun angka IKK terus menurun dalam lima bulan terakhir. Pada Oktober, IKK mencatatkan angka terendah sejak Februari 2017.

Pembelian barang tahan lama (durable goods) terus mengalami penurunan. Porsi pengeluaran untuk konsumsi juga mengarah ke selatan.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga terkonfirmasi dari penjualan eceran yang tumbuh melambat pada September.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan sepanjang September tahun ini, penjualan ritel hanya dapat tumbuh 0,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% dan menjadi laju terlemah sejak Juni 2019. Hawa kelesuan konsumsi dan daya beli masyarakat tanah air membuat IHSG jadi loyo minggu ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular