
Internasional
Pemerintah Hong Kong Bakal Umumkan Resmi Resesi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 November 2019 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Hong Kong diperkirakan akan mengkonfirmasi bahwa kota itu telah jatuh ke dalam resesi pada hari Jumat (15/11/2019). Ini adalah resesi pertama kalinya dalam satu dekade.
Kota yang masih jadi bagian China ini jatuh ke dalam resesi akibat demo anti-pemerintah yang sudah berlangsung selama lima bulan terakhir.
Pada akhir Oktober lalu, angka pembacaan awal menunjukkan ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% pada kuartal Juli-September, dibandingkan periode sebelumnya. Pada tiga bulan sebelumnya, ekonomi Hong Kong juga berkontraksi.
Oleh karenanya, kota ini sudah bisa dikatakan terjerat ke dalam resesi teknis . Karena mencatatkan penurunan selama dua periode berturut-turut.
Melihat demonstrasi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, para analis mengatakan penurunan pada akhirnya bisa sangat lama terjadi dan angkanya cukup besar. Bahkan, angka produk domestik bruto (PDB) diperkirakan bisa terus jatuh pada kuartal ini sampai ke tahun depan.
"Kami merasa demo yang penuh kekerasan akan berlanjut sepanjang tahun 2020 kecuali pemerintah Hong Kong akan melakukan sesuatu yang benar-benar istimewa (untuk mengakhiri konflik), yang tampaknya tidak akan terjadi," kata Iris Pang, ekonom China di ING.
Lembaga ini memproyeksikan ekonomi menyusut sebesar 2,2% pada 2019 dan 5,3% pada 2020, seperti dikutip dari CNBC International.
Demo Hong Kong yang awalnya dipicu rencana pemerintah untuk menerapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi itu telah membuat jumlah wisatawan ke kota itu menurun tajam, utamanya dari daratan China.
Penjualan ritel di bulan Agustus juga telah mencatatkan kinerja terburuk, turun 23% dari tahun sebelumnya. Sementara pada bulan September, angkanya anjlok 18,3%.
Lebih lanjut, IHS Markit mengatakan aktivitas bisnis di sektor swasta telah turun ke level terlemah dalam 21 tahun pada Oktober. Permintaan dari China daratan juga menurun pada kecepatan paling tajam dalam sejarah survei yang sudah dimulai sejak Juli 1998.
Selain demo, perang dagang yang masih berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan China juga turut mempengaruhi perlambatan ekonomi kota Hong Kong.
"Mengingat betapa buruknya sentimen, kami tidak memperkirakan stimulus memiliki dampak yang berarti sampai kerusuhan politik berhenti," kata Tommy Wu, ekonom senior di Oxford Economics.
Lembaga ini memprediksi PDB tahun 2019 akan terkontraksi 1,5% dan akan kembali turun pada 2020.
(sef/sef) Next Article Demo Makin Kacau, China Ganti Pemimpin Hong Kong?
Kota yang masih jadi bagian China ini jatuh ke dalam resesi akibat demo anti-pemerintah yang sudah berlangsung selama lima bulan terakhir.
Pada akhir Oktober lalu, angka pembacaan awal menunjukkan ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% pada kuartal Juli-September, dibandingkan periode sebelumnya. Pada tiga bulan sebelumnya, ekonomi Hong Kong juga berkontraksi.
Melihat demonstrasi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, para analis mengatakan penurunan pada akhirnya bisa sangat lama terjadi dan angkanya cukup besar. Bahkan, angka produk domestik bruto (PDB) diperkirakan bisa terus jatuh pada kuartal ini sampai ke tahun depan.
"Kami merasa demo yang penuh kekerasan akan berlanjut sepanjang tahun 2020 kecuali pemerintah Hong Kong akan melakukan sesuatu yang benar-benar istimewa (untuk mengakhiri konflik), yang tampaknya tidak akan terjadi," kata Iris Pang, ekonom China di ING.
Lembaga ini memproyeksikan ekonomi menyusut sebesar 2,2% pada 2019 dan 5,3% pada 2020, seperti dikutip dari CNBC International.
Demo Hong Kong yang awalnya dipicu rencana pemerintah untuk menerapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi itu telah membuat jumlah wisatawan ke kota itu menurun tajam, utamanya dari daratan China.
Penjualan ritel di bulan Agustus juga telah mencatatkan kinerja terburuk, turun 23% dari tahun sebelumnya. Sementara pada bulan September, angkanya anjlok 18,3%.
Lebih lanjut, IHS Markit mengatakan aktivitas bisnis di sektor swasta telah turun ke level terlemah dalam 21 tahun pada Oktober. Permintaan dari China daratan juga menurun pada kecepatan paling tajam dalam sejarah survei yang sudah dimulai sejak Juli 1998.
Selain demo, perang dagang yang masih berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan China juga turut mempengaruhi perlambatan ekonomi kota Hong Kong.
"Mengingat betapa buruknya sentimen, kami tidak memperkirakan stimulus memiliki dampak yang berarti sampai kerusuhan politik berhenti," kata Tommy Wu, ekonom senior di Oxford Economics.
Lembaga ini memprediksi PDB tahun 2019 akan terkontraksi 1,5% dan akan kembali turun pada 2020.
(sef/sef) Next Article Demo Makin Kacau, China Ganti Pemimpin Hong Kong?
Most Popular