Mulai Pulih? Fitch Catat Penjualan Emiten Properti Naik

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 November 2019 13:26
Kondisi politik yang lebih stabil juga mendukung peningkatan pertumbuhan presales.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat utang internasional Fitch Ratings, menemukan bahwa perusahaan pengembang properti di Indonesia berhasil mencatatkan kenaikan penjualan presales pada kuartal III-2019 dibandingkan kuartal sebelumnya.

Hal ini ditopang oleh kelanjutan rilis produk baru seiring dengan meningkatnya ekspektasi perusahaan atas membaiknya sentimen konsumen dalam jangka pendek. Selain itu, kondisi politik yang lebih stabil juga mendukung peningkatan pertumbuhan presales.

Melansir laporan Fitch yang dirilis kemarin (14/11/2019), total 13 pengembang properti mampu mencatatkan penjualan presales sekitar Rp 7,7 triliun pada periode Juli-September 2019, atau naik 5% secara kuartalan (QoQ).

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) memimpin pertumbuhan penjualan didorong rilis produk baru yang mayoritas berada di wilayah Jabodetabek. Produk baru yang ditawarkan kedua perusahaan masih berfokus untuk segmen kelas menengah dengan kisaran harga per unit yang ditawarkan sebesar Ro 500 juta - Rp 1,5 milar.

Fitch percaya, segmen tersebut merupakan pasar dengan prospek yang baik untuk industri properti yang akan mendukung pertumbuhan permintaan dalam jangka menengah.

Lebih lanjut, tidak hanya penjualan hunian, penjualan presales untuk lahan komersil dan lahan industrial juga menopang pertumbuhan para pengembang properti.

Sebagai contohnya adalah PT Modernland Realty Tbk (MDLN) yang mencatatkan presales atas lahan industrial sekitar Rp 230 miliar di kuartal III-2019. Kemudian bulan lalu melalui perusahaan ventura dengan PT Lotte Land Indonesia, MDLN mampu mencatatkan presales lahan komersil sebesar Rp 802 miliar.

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang menorehkan presales lahan industrial senilai Rp 105 miliar, lebih baik dari perolehan kuartal II-2019 yang sebesar Rp 51 miliar.

Permintaan atas lahan industrial diestimasi akan terus tumbuh dalam jangka menengah, dengan syarat kondisi politik dalam negeri tetap landai, konsistensi perbaikan kebijakan pemerintah, dan investasi berkelanjutan di sektor infrastruktur.

Laju permintaan dapat meningkat lebih pesat jika pemerintah dapat mengimplementasikan reformasi kebijakan walaupun volatilitas kondisi makroekonomi tetap menjadi ancaman.

Hal ini mengingat rencana pemerintah untuk meningkatkan permintaan pada sektor properti secara umum, meskipun rencana tersebut tidak akan memberi dampak signifikan dalam jangka pendek.

Pertama adalah keputusan Bank Indonesia (BI) melonggarkan rasio Loan to Value (LTV) ke kisaran 85%-90% yang akan berlaku efektif pada 2 Desember 2019. Keputusan tersebut terutama akan menguntungkan perusahaan pengembang dengan pangsa pasar kelas menengah ke bawah.

Akan tetapi, dampak peningkatan permintaan tidak akan terasa dalam waktu dekat karena sektor perbankan belum akan menurunkan suku bunga KPR/KPA.

Kedua, adalah rencana Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang akan menghapus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), di mana hal ini akan mengakselerasi proses konstruksi yang berujung pada membaiknya arus kas pengembang properti karena dana pinjaman KPR dapat lebih cepat didistribusikan oleh bank atau lembaga pinjaman.

Namun, patut dicatat masih terdapat ketidakpastian kapan rencana tersebut akan direalisasikan oleh pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Permintaan Meningkat, Emiten Properti Makin Menggeliat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular