Turun Lagi, Harga Emas Menjauh dari Level US$ 1.500/Oz

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2019 06:38
Namun pagi ini, harga emas kembali menyusut dan kembali menjauh dari level US$ 1.500/troy ounce (Oz)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat anjlok dan terendah dalam tiga bulan terakhir, harga emas sempat menguat tipis pada perdagangan kemarin. Namun pagi ini, harga emas kembali menyusut dan kembali menjauh dari level US$ 1.500/troy ounce (Oz)

Seperti di lansir dari investing.com, harga emas berjangka untuk pengiriman Desember di New York COMEX ditutup turun $ 5,80 atau 0,4% ke level $ 1.457,10/Oz. Sementara di pasar spot, turun $ 2,21, atau 0,15%, pada $ 1,456.20/Oz, terendah sejak 2 Agustus.

Harga emas mengalami tekanan karena perhatian tetap terpaku pada perang perdagangan AS-China dan harapan terjadainya kesepakatan segera antara presiden Donald Trump dan Xi Jinping.

Pada pembukaan perdagangan senin (11/11/2019), harga emasa sempat menguat 0,25% ke US$ 1.462,08 pada pukul 13:07 WIB di pasar spot, setelah anjlok 3,7% sepanjang pekan.



Koreksi dalam pekan lalu sempat membuat harganya terlihat lebih murah dan memicu aksi beli. Apalagi, kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih simpang siur.

Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.


Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.

"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.

Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.


Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.

"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.

Bantahan AS serta China yang ngotot membuat penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara terlihat masih belum akan terjadi dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar masih cukup optimistis kesepakatan pada akhirnya akan diteken. Hal ini membuat kenaikan potensi kenaikan harga emas belum terlalu kuat.


(hps/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular