
Analisis
Aksi Jual Mereda, Mau ke Mana Sebenarnya Harga Emas?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 November 2019 14:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat pada perdagangan Senin (11/11/19) setelah anjlok tajam sepanjang pekan lalu. Kenaikan harga emas pada hari ini terbantu memburuknya sentimen pelaku pasar di perdagangan sesi Asia, hal ini terelihat dari memerahnya bursa saham utama Benua Kuning.
Harga emas menguat 0,25% ke US$ 1.462,08 pada pukul 13:07 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Emas yang anjlok 3,7% sepanjang pekan lalu hingga mencapai level terendah tiga bulan tentunya membuat harganya terlihat lebih murah dan memicu aksi beli. Apalagi, kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih simpang siur.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.
Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.
"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.
Bantahan AS serta China yang ngotot membuat penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara terlihat masih belum akan terjadi dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar masih cukup optimistis kesepakatan pada akhirnya akan diteken. Hal ini membuat kenaikan potensi kenaikan harga emas belum terlalu kuat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) sudah masuk ke wilayah negatif, begitu juga dengan histogramnya. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21, tetapi di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih jauh dari wilayah jenuh jual (oversold).
Emas bergerak di dekat US$ 1.462/troy ons, yang menjadi support (tahanan bawah terdekat). Emas berpeluang turun kembali ke US$ 1.458/troy ons jika menembus support terdekat tersebut.
Peluang ke area US$ 1.453 sampai US$ 1.446/troy ons menjadi terbuka seandaianya emas mampu menembus konsisten di bawah US$ 1.458/troy ons.
Sebaliknya mampu bertahan di atas support US$ 1.462/troy ons, emas berpeluang naik ke US$ 1.465/troy ons. Penembusan di atas US$ 1.465/troy ons, akan membawa harga naik ke US$ 1.472 sampai US$ 1.476/troy ons.
Resisten selanjutnya berada di level US$ 1.480/troy ons, selama tertahan di bawah level tersebut, ke depannya emas masih cenderung akan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Harga emas menguat 0,25% ke US$ 1.462,08 pada pukul 13:07 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Emas yang anjlok 3,7% sepanjang pekan lalu hingga mencapai level terendah tiga bulan tentunya membuat harganya terlihat lebih murah dan memicu aksi beli. Apalagi, kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih simpang siur.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.
Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.
"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.
Bantahan AS serta China yang ngotot membuat penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara terlihat masih belum akan terjadi dalam waktu dekat. Meski demikian pelaku pasar masih cukup optimistis kesepakatan pada akhirnya akan diteken. Hal ini membuat kenaikan potensi kenaikan harga emas belum terlalu kuat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
![]() Grafik: Emas (XAU/USD) Harian Sumber: investing.com |
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) sudah masuk ke wilayah negatif, begitu juga dengan histogramnya. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul.
![]() Foto: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21, tetapi di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak turun tetapi masih jauh dari wilayah jenuh jual (oversold).
Emas bergerak di dekat US$ 1.462/troy ons, yang menjadi support (tahanan bawah terdekat). Emas berpeluang turun kembali ke US$ 1.458/troy ons jika menembus support terdekat tersebut.
Peluang ke area US$ 1.453 sampai US$ 1.446/troy ons menjadi terbuka seandaianya emas mampu menembus konsisten di bawah US$ 1.458/troy ons.
Sebaliknya mampu bertahan di atas support US$ 1.462/troy ons, emas berpeluang naik ke US$ 1.465/troy ons. Penembusan di atas US$ 1.465/troy ons, akan membawa harga naik ke US$ 1.472 sampai US$ 1.476/troy ons.
Resisten selanjutnya berada di level US$ 1.480/troy ons, selama tertahan di bawah level tersebut, ke depannya emas masih cenderung akan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular