Hubungan AS-China Bikin Bingung, Harga Emas Naik Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 November 2019 09:46
Harga emas naik pagi ini karena ada AS membantah pihaknya akan mencabut bea masuk produk China dan data ekonomi China yang mengecewakan
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan kemarin harga emas ditutup anjlok, mencetak level terendah dalam tiga bulan terakhir. Pagi ini harga emas diperdagangkan menguat.

Harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.462,37 /troy ons atau naik 0,27% dibanding harga penutupan perdagangan minggu lalu.



Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China kini menghadapi batu sandungan dan kembali menjadi tidak pasti.

Kamis (7/11/2019), pejabat kedua negara mengumumkan bahwa Washington dan Beijing sepakat untuk mencabut bea masuk yang dikenakan untuk berbagai produk AS dan China sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan dagang.

Namun hal tersebut dibantah oleh Presiden AS, Donald Trump. Mengutip Reuters, Trump menyampaikan bahwa dirinya belum menyetujui pencabutan tarif tersebut.

"China ingin bea masuk dicabut, walaupun tidak seluruhnya karena mereka tahu saya tidak akan melakukannya dan saya belum menyetujui apa pun" kata Trump melansir Reuters.

Penasehat Perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menegaskan dalam sebuah wawancara dengan Fox Business Network.

"Tidak ada kesepakatan untuk saat ini yang menghapus semua tarif yang diberlakukan, sebagai kondisi untuk kesepakatan fase pertama," katanya sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (8/11/2019).

"Mereka hanya bernegosiasi di ranah publik. Dan tengah mencoba mendorong (kesepakatan) ke satu arah."

Menurut Navarro pernyataan itu keluar dari media pemerintah China. Ia menilai media China tengah melakukan upaya propaganda.



Sebelumnya, Pemerintah China dan Pemerintah AS memang tengah membicarakan kesepakatan damai perdagangan. Pembicaraan telah dimulai sejak Oktober lalu.

Dari pertemuan yang langsung dihadiri Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri China itu, keduanya mengaku sepakat pada sejumlah hal. Diantaranya, AS yang bersedia membatalkan salah satu kebijakan tarifnya pada barang China yang berlaku di Oktober.



Meski demikian, penandatanganan secara resmi poin-poin pertemuan tak kunjung terjadi. Awalnya penandatanganan kesepakatan dagang fase pertama kedua negara akan dilakukan di puncak meeting APEC pada pertengahan November di Chile.

Sayangnya keamanan Chile yang buruk akibat demonstrasi terus menerus membuat agenda ini dibatalkan.


Sejumlah lokasi disebutkan akan menjadi tempat alternatif, seperti London, Iowa dan Hawai. Namun belum ada konfirmasi resmi dari Beijing dan Washington. Trump sempat menyebut pertemuan akan dilakukan Desember nanti.

Sebenarnya kenaikan tarif tidak hanya berlaku pada barang China di Oktober saja.

Desember nanti, AS juga akan memberlakukan kenaikan pada US$ 156 miliar barang China.

Aturan ini akan dikenakan pada barang-barang seperti ponsel, komputer laptop, dan mainan. Dalam setiap wawancara dengan media, China terus menegaskan keinginan agar tarif lain yang diberlakukan AS juga segera dicabut.

Selain itu, data ekonomi China yang mengecewakan juga menyebabkan harga emas naik. Angka Indeks Harga Produsen (PPI) China yang menunjukkan profitabilitas korporasi turun 1,6% pada Oktober.

Penurunan tersebut merupakan kontraksi yang terdalam sejak Juli 2016 melebihi prediksi analis yang terkontraksi hanya 1,5%.
(twg/twg) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular