
Sriwijaya Ajukan Penghentian Kerja Sama dengan Garuda

Jakarta, CNBC Indonesia - Kuasa hukum dan sekaligus salah seorang pemegang saham PT Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra, membenarkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah untuk mengakhiri kerja sama manajemen (KSM) dengan Garuda Indonesia Grup.
Upaya ini berseberangan dengan hasil pertemuan kedua belah pihak yang diinisiasi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Kamis (7/11/2019). Dalam pertemuan kemarin itu, perjanjian kerja sama yang berakhir 31 Oktober, akan diperpanjang 3 bulan ke depan.
Yusril mengatakan langkah mengakhiri KSM tersebut diambil karena adanya instruksi mendadak dari Garuda Indonesia Grup (GA Group) kepada semua anak perusahaan BUMN tersebut (GMF, Gapura Angkasa dan Aerowisata) untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya dengan cara pembayaran cash dimuka pada Kamis kemarin.
![]() |
"Kalau tidak bayar cash dimuka diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan service dan maintenance apapun kepada Sriwijaya," katanya dalam siaran pers, diterima CNBC Indonesia, Jumat (8/11/2019).
Sriwijaya, tegas Yusril, menolak perubahan sistem pembayaran yang tidak fair ini dan menganggap GA Group sengaja ingin melumpuhkan Sriwijaya. Akibat instruksi mendadak itu, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya pad Kamis 7 November kemarin karena terhentinya pelayanan oleh anak-anak perusahaan GA Group.
Dia menjelaskan, sejak kemarin Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerjasama dengan pihak lain di luar Garuda Grup. Sriwijaya kembali mengaktifkan sendiri layanan servis pesawat, line maintenance, groundhandling dan catering sendiri tanpa kerja sama dengan GA Grup lagi.
Pekerjaan itu sebelumnya memang ditangani oleh Sriwijaya. Namun setelah kerja sama dengan GA Grup, semua pelayanan itu diambilalih oleh anak-anak perusahaan Garuda dengan biaya yang jauh lebih mahal.
![]() |
"Hari ini [Jumat], seluruh rute penerbangan Sriwijaya kembali normal. Seluruh peralatan line maintenance dan spare parts pesawat milik Sriwijaya yang selama ini digudangkan oleh GA Grup, kemarin diserahkan kembali oleh GMF setelah didesak berkali-kali bahkan diancam akan dilaporkan ke polisi," tegas mantan Menteri Kehakiman dan HAM ini.
Sriwijaya, kata Yusril, menganggap kerja sama dengan Garuda Grup selama ini merugikan kepentingan Sriwijaya karena terlalu banyak konflik kepentingan antara anak-anak perusahaan GA dengan Sriwijaya.
Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu.
Deadlock
Yusril menjelaskan, pada Kamis malam di kantor Garuda, pihaknya semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerja sama dengan GA Grup. Namun karena deadlock dalam menyusun Board of Directors, maka dalam rapat Jum'at pagi (8/11/2019 para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerja sama manajemen dengan Garuda Grup.
Nota pemberitahuan pengakhiran kerjasama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink dan GMF pada Jumat ini. Sriwijaya juga memberitahukan secara resmi Menteri Perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambilalih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya.
"Sebagai langkah awal pengakhiran, para pemegang saham telah memutuskan mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air. Pihak Sriwijaya juga hari ini telah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari GA Grup untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya," tegasnya.
Yusril mengatakan langkah selanjutnya adalah pihaknya akan mengundang GA Grup untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama yang sudah berlangsung selama setahun itu.
Pihaknya minta agar BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari GA Grup untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama dikendalikan oleh GA Grup.
Selain itu, Yusril juga menyatakan pihaknya memohon maaf atas kurang baiknya pelayanan Sriwijaya selama manajemennya ditangani oleh direksi yang mayoritas berasal dari GA Grup. Selanjutnya, Sriwijaya akan kembali bekerja secara profesional melayani pelanggan sebagaimana selama ini dilakukan oleh Sriwijaya.
Direksi baru
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Sriwijaya Air pada 7 November 2019 resmi menetapkan jajaran direksi maskapai penerbangan Sriwijaya Air setelah berakhirnya kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia.
Berdasarkan dokumen hasil RUPSLB yang diterima CNBC Indonesia, pemegang saham mengangkat Jefferson Irwin Jauwena sebagai Direktur Utama PT Sriwijaya Air sebagai direktur utama Sriwijaya Air. Jefferson sebelumnya adalah komisaris perusahaan ketika Sriwijaya dan Garuda mulai menjalin kerja sama operasi (KSO) pada Desember 2018.
"Surat keputusan ini berlaku terhitung sejak ditandatangani Surat Keputusan ini," kata Hendry Lie, yang mengatasnamakan pemegang saham Sriwijaya Air, dalam suratnya, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (8/11/2019).
Surat Keputusan itu bernomor 088/SK-PS/XI/2019 tentang Pengangkatan Saudara Jefferson Irwin Jauwena Sebagai direktur utama Sriwijaya Air.
Selain itu, jabatan direktur operasional Sriwijaya Air dipegang oleh Didi Iswandy sesuai dengan SK Nomor 090 ditanggal yang sama. Untuk jabatan Direktur Quality, Safety & Security dipegang oleh Cecep Cahyana sesuai dengan SK nomor 091.
Manajemen Garuda menegaskan hubungan antara Garuda dengan Sriwijaya saat ini adalah sebatas hubungan business to business. Sedangkan tanggung jawab Sriwijaya kepada lessor (perusahaan penyewaan pesawat) menjadi tanggung jawab Sriwijaya.
Garuda juga menegaskan bahwa direksi transisi Sriwijaya Air yang disepakati bersama dengan Garuda juga telah habis masa tugasnya pada 31 Oktober lalu. Sebelumnya Garuda dan Sriwijaya bermitra di bawah payung kesepakatan Kerja Sama Manajemen (KSM) seiring dengan piutang Garuda yang belum terbayarkan Sriwijaya.
"Disampaikan bahwa hubungan keduanya [Garuda-Sriwijaya] saat ini adalah sebatas pada hubungan business to business," kata VP Corporate Secretary Garuda M. Ikhsan Rosan, dalam keterangan resmi, Kamis (7/11/2019).
