
Harga Emas Naik Lagi, Bisa Sampai ke Level Berapa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 November 2019 13:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali menguat pada perdagangan Kamis (7/11/10) melanjutkan kinerja positif Rabu kemarin. Dua hari yang lalu, optimisme akan ditandatanganinya kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China membuat harga emas anjlok sekitar 1,7%.
Namun kini kabar yang menyebutkan kemungkinan ditundanya penandatangan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat emas kembali dilirik pelaku pasar.
Rabu kemarin, pejabat senior di pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan kepada Reuters jika penandatanganan kesepakatan dagang bisa ditunda hingga Desember karena diskusi mengenai detil kesepakatan masih berlangsung. Demikian juga dengan pembahasan tempat penandatangan yang masih belum ditentukan.
Akibat mundurnya penandatangan tersebut, pelaku pasar cenderung berhati-hati dan mengantisipasi kemungkinan gagalnya kesepakatan kedua negara. Kehati-hatian tersebut mendorong investor kembali mengalihkan sebagian investasinya ke aset-aset aman seperti emas.
"Ini (penundaan penandatanganan kesepakatan dagang AS-China) menambah kehati-hatian. Perundingan dagang menunjukkan langkah maju, di saat yang sama isu-isu yang rumit belum dibahas, jadi para investor kini dalam mode wait and see," kata John Sharma, ekonom di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Saat ini, tidak ada banyak perubahan (pada arah pergerakan emas), kita perlu menunggu beberapa faktor eksternal, entah itu geopolitik atau ekonomi yang akan membawa emas keluar dari range trading," tambah Sharma.
Dalam beberapa pekan terakhir, harga emas diperdagangkan di rentang US$ 1.475-1.518/troy ons. Bahkan saat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga pada pekan lalu, logam mulia ini tidak mampu naik lebih tinggi dari US$ 1.515/troy ons.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat berdampak positif bagi harga emas yang dibanderol dengan dolar AS. Saat suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah, dan harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya bisa meningkat.
Namun, nyatanya emas masih belum mampu naik kencang lagi. Hal ini tidak lepas dari kemungkinan suku bunga di AS tidak akan dipangkas lagi. Saat suku bunga dipangkas menjadi 1,5-1,75%, Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali jika perekonomian Paman Sam kembali memburuk.
Dengan pernyataan tersebut, fokus investor tentunya tertuju pada kesepakatan dagang AS-China. Tercapai atau tidaknya penandatangan kesepakatan dagang kedua negara dapat menentukan bagaimana perekonomian AS nantinya.
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mendatar di dekat level 0, begitu juga dengan histogramnya. Indikator ini mengindikasikan emas berada dalam fase konsolidasi.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, MA 21, dan di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan dekat dengan wilayah jenuh jual (oversold).
Emas bergerak di dekat US$ 1.490/troy ons, yang menjadi support (tahanan bawah terdekat). Jika mampu bertahan di atas US$ 1.490/troy ons, emas berpeluang naik ke US$ 1.496/troy ons. Level psikologis US$ 1.500/troy ons, menjadi target kenaikan selanjutnya jika emas mampu melewati US$ 1.496/troy ons.
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Namun kini kabar yang menyebutkan kemungkinan ditundanya penandatangan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat emas kembali dilirik pelaku pasar.
Rabu kemarin, pejabat senior di pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan kepada Reuters jika penandatanganan kesepakatan dagang bisa ditunda hingga Desember karena diskusi mengenai detil kesepakatan masih berlangsung. Demikian juga dengan pembahasan tempat penandatangan yang masih belum ditentukan.
"Ini (penundaan penandatanganan kesepakatan dagang AS-China) menambah kehati-hatian. Perundingan dagang menunjukkan langkah maju, di saat yang sama isu-isu yang rumit belum dibahas, jadi para investor kini dalam mode wait and see," kata John Sharma, ekonom di National Australia Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Saat ini, tidak ada banyak perubahan (pada arah pergerakan emas), kita perlu menunggu beberapa faktor eksternal, entah itu geopolitik atau ekonomi yang akan membawa emas keluar dari range trading," tambah Sharma.
Dalam beberapa pekan terakhir, harga emas diperdagangkan di rentang US$ 1.475-1.518/troy ons. Bahkan saat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga pada pekan lalu, logam mulia ini tidak mampu naik lebih tinggi dari US$ 1.515/troy ons.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat berdampak positif bagi harga emas yang dibanderol dengan dolar AS. Saat suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah, dan harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya bisa meningkat.
Namun, nyatanya emas masih belum mampu naik kencang lagi. Hal ini tidak lepas dari kemungkinan suku bunga di AS tidak akan dipangkas lagi. Saat suku bunga dipangkas menjadi 1,5-1,75%, Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali jika perekonomian Paman Sam kembali memburuk.
Dengan pernyataan tersebut, fokus investor tentunya tertuju pada kesepakatan dagang AS-China. Tercapai atau tidaknya penandatangan kesepakatan dagang kedua negara dapat menentukan bagaimana perekonomian AS nantinya.
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mendatar di dekat level 0, begitu juga dengan histogramnya. Indikator ini mengindikasikan emas berada dalam fase konsolidasi.
![]() Foto: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, MA 21, dan di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan dekat dengan wilayah jenuh jual (oversold).
Emas bergerak di dekat US$ 1.490/troy ons, yang menjadi support (tahanan bawah terdekat). Jika mampu bertahan di atas US$ 1.490/troy ons, emas berpeluang naik ke US$ 1.496/troy ons. Level psikologis US$ 1.500/troy ons, menjadi target kenaikan selanjutnya jika emas mampu melewati US$ 1.496/troy ons.
Emas berpeluang kembali melemah jika menembus konsisten di bawah support tersebut, dengan target ke US$ 1.484. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa emas ke level US$ 1.480/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular