
Dibuka Hijau, IHSG Langsung Putar Haluan jadi Merah

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,27% ke level 6.234,6. Sayang, dalam sekejap IHSG sudah berbalik arah ke zona merah. Pada pukul 09:15 WIB, indeks saham acuan di Indonesia tersebut melemah 0,07% ke level 6.213,31.
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,07%, indeks Shanghai jatuh 0,2%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,45%, indeks Straits Times melemah 0,03%, dan indeks Kospi berkurang 0,17%.
Menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan AS, kedua pihak masih memerlukan waktu guna mendiskusikan poin-poin yang akan masuk ke dalam kesepakatan dagang tahap satu, beserta dengan lokasi penandatanganannya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross optimistis bahwa kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China akan bisa diteken pada bulan ini juga. Sementara itu, Trump sebelumnya sudah mengungkapkan bahwa jika kedua negara benar berhasil menyepakati kesepakatan dagang tahap satu, penandatanganan akan digelar di AS.
"Pertama-tama, saya ingin meneken kesepakatan dagang," kata Trump di Gedung Putih kala berbicara di hadapan reporter, Minggu (3/11/2019), seperti dilansir dari Bloomberg.
"Lokasi penandatangan kesepakatan dagang, untuk saya, sangatlah mudah (untuk ditentukan)."
Untuk diketahui, pada awalnya AS dan China berencana untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu di Chile, kala Trump bertemu dengan Xi di sela-sela gelaran KTT APEC. Namun, rencana tersebut kemudian dipertanyakan menyusul keputusan Chile untuk membatalkan gelaran tersebut, seiring dengan aksi demonstrasi yang tak kunjung padam di sana.
Kemarin (6/11/2019), Ross sedang berada di Indonesia guna bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ross juga bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka.
Pasca menggelar pertemuan dengan Jokowi, Ross kembali mengungkapkan optimismenya terkait kesepakatan dagang tahap satu dengan China.
"Kami optimistis dapat menyelesaikan kesepakatan dagang tahap satu," tegas Ross.
Kini, pemberitaan bahwa Trump dan Xi kemungkinan tak akan bertemu hingga bulan Desember membuat pelaku pasar pesimistis bahwa AS-China akan bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu di bulan November.
Padahal, kesepakatan dagang AS-China dipandang bisa menjadi kunci bagi perekonomian kedua negara untuk menghindari hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015. Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.
Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.
Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi IHSG datang dari rilis data penjualan barang-barang ritel.
Survei Penjualan Eceran (SPE) periode September 2019 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) kemarin menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh tipis sebesar 0,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada bulan September, sangat jauh di bawah capaian periode yang sama tahun lalu (September 2018) yang mencapai 4,8% YoY.
Untuk diketahui,sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Rilis data tersebut lantas semakin menguatkan anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah.
Pada pekan lalu, BPS mengumumkan bahwa pada Oktober 2019 terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,13%.
"Hasil pantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,02%. Untuk inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2019 mencapai 2,22% dan year-on-year 3,13%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya, Jumat (1/11/2019).
Inflasi pada bulan lalu berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.
Seiring dengan semakin kuatnya anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah, saham-saham konsumer dilego pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,45%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau
