
Selagi AS-China Mesra, Adakah Asa Bagi Harga Emas Global?
Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
07 November 2019 06:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini harga emas dunia sudah jeblok dan kembali ke bawah level psikologis US$ 1.500/troy ounce (oz). Tekanan dari sentimen positif perundingan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang juga menguatkan nilai tukar dolar AS sukses menekan harga emas dunia ke titik bawah.
Data Refinitiv mencatat, pada perdagangan Selasa lalu (5/11), harga logam mulia ini sudah tersungkur di bawah level psikologis US$ 1.500 per troy ounce (oz), tepatnya hingga US$ 1.484/oz, turun 1,67% dari US$ 1.509/oz pada hari sebelumnya.
Namun pada Rabu kemarin (6/11), harga emas di pasar spot masih naik sebesar 0,17% menjadi US$ 1.486/oz kendati masih di level rendah.
Tingginya optimisme damai dagang AS-china memang masih jadi sentimen utama yang membuat harga emas tergelincir.
"Faktor utama yang menyebabkan anjloknya harga emas adalah penundaan tarif impor yang dikenakan AS atas produk China dan juga bagian dari kesepakatan tahap pertama yang sedang berjalan saat ini" kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar RJO Futures, dikutip Reuters.
China juga berharap bahwa AS akan menghapus lebih banyak tarif masuk untuk produk China yang dikenakan pada September sebagai bagian dari kesepakatan tahap pertama antara kedua negara.
Beredar kabar bahwa kesepakatan tahap pertama akan ditandatangani presiden AS Donald Trump dan presiden China Xi Jinping bulan ini. Awalnya ada kekhawatiran terkait penandatanganan kesepakatan dagang ini lantaran Chile membatalkan KTT APEC karena stabilitas politik yang terganggu di negaranya.
Namun menteri perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross menyampaikan kepada awak media bahwa pihaknya optimis dapat menandatangani kesepakatan bulan ini.
Harga emas dalam beberapa perdagangan terakhir juga tertekan akibat rilis data ekonomi AS yang bagus baru-baru ini. Melansir CNBC International, nilai indeks PMI untuk sektor jasa AS naik menjadi 54,7 pada Oktober dibanding pada bulan sebelumnya yang hanya berada di 52,6. Angka pembacaan di atas 50 menunjukkan adanya aktivitas ekspansi atau pertumbuhan.
Selagi ekonomi mendapat sentimen positif, investor cenderung melepas emas sebagai aset safe haven. Sebaliknya ketika ekonomi tampak suram, investor memburu emas sehingga harga melonjak.
Belajar dari AS-Korea Utara
Analis menekankan, satu hal terkait dengan perdagangan AS-China ialah jangan terlalu berharap banyak, belajar dari kerja sama AS-Korea Utara. Kemesraan AS yang sempat terjadi dengan seteru abadinya, dalam hal ini Korea Utara, juga tidak bertahan lama bahkan tidak ada bekasnya lagi.
"Saya akan berhati-hati terhadap perundingan dagang ini [AS-China]. Hal ini mengingatkan saya terhadap diskusi AS-Korut. Banyak perundingan, tetapi tidak ada yang benar-benar nyata [hasilnya]," ujar Rainer Michael Preiss dari Taurus Wealth Advisors, dikutip The Business Times hari ini (6/11/19).
Dia menilai, layaknya perundingan dengan Korut, pembicaraan dengan China lebih bersifat perang dingin saja daripada menjadi sebuah sengketa dagang.
Pernyataan Preiss mengindikasikan saran bagi pelaku pasar keuangan agar jangan terlalu berharap banyak pada perundingan dagang Beijing-Washington DC, dan masih memberikan secercah harapan bagi kenaikan harga emas.
Positifnya pasar membuat nilai tukar dolar AS menguat sehingga menambah tingkat kemahalan emas bagi mata uang lain karena emas dibanderol dengan mata uang greenback, nama lain dolar AS.
Data Refinitiv mencatat, pada perdagangan Selasa lalu (5/11), harga logam mulia ini sudah tersungkur di bawah level psikologis US$ 1.500 per troy ounce (oz), tepatnya hingga US$ 1.484/oz, turun 1,67% dari US$ 1.509/oz pada hari sebelumnya.
Namun pada Rabu kemarin (6/11), harga emas di pasar spot masih naik sebesar 0,17% menjadi US$ 1.486/oz kendati masih di level rendah.
Tingginya optimisme damai dagang AS-china memang masih jadi sentimen utama yang membuat harga emas tergelincir.
"Faktor utama yang menyebabkan anjloknya harga emas adalah penundaan tarif impor yang dikenakan AS atas produk China dan juga bagian dari kesepakatan tahap pertama yang sedang berjalan saat ini" kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar RJO Futures, dikutip Reuters.
China juga berharap bahwa AS akan menghapus lebih banyak tarif masuk untuk produk China yang dikenakan pada September sebagai bagian dari kesepakatan tahap pertama antara kedua negara.
Beredar kabar bahwa kesepakatan tahap pertama akan ditandatangani presiden AS Donald Trump dan presiden China Xi Jinping bulan ini. Awalnya ada kekhawatiran terkait penandatanganan kesepakatan dagang ini lantaran Chile membatalkan KTT APEC karena stabilitas politik yang terganggu di negaranya.
Namun menteri perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross menyampaikan kepada awak media bahwa pihaknya optimis dapat menandatangani kesepakatan bulan ini.
Harga emas dalam beberapa perdagangan terakhir juga tertekan akibat rilis data ekonomi AS yang bagus baru-baru ini. Melansir CNBC International, nilai indeks PMI untuk sektor jasa AS naik menjadi 54,7 pada Oktober dibanding pada bulan sebelumnya yang hanya berada di 52,6. Angka pembacaan di atas 50 menunjukkan adanya aktivitas ekspansi atau pertumbuhan.
Selagi ekonomi mendapat sentimen positif, investor cenderung melepas emas sebagai aset safe haven. Sebaliknya ketika ekonomi tampak suram, investor memburu emas sehingga harga melonjak.
Belajar dari AS-Korea Utara
Analis menekankan, satu hal terkait dengan perdagangan AS-China ialah jangan terlalu berharap banyak, belajar dari kerja sama AS-Korea Utara. Kemesraan AS yang sempat terjadi dengan seteru abadinya, dalam hal ini Korea Utara, juga tidak bertahan lama bahkan tidak ada bekasnya lagi.
"Saya akan berhati-hati terhadap perundingan dagang ini [AS-China]. Hal ini mengingatkan saya terhadap diskusi AS-Korut. Banyak perundingan, tetapi tidak ada yang benar-benar nyata [hasilnya]," ujar Rainer Michael Preiss dari Taurus Wealth Advisors, dikutip The Business Times hari ini (6/11/19).
Dia menilai, layaknya perundingan dengan Korut, pembicaraan dengan China lebih bersifat perang dingin saja daripada menjadi sebuah sengketa dagang.
Pernyataan Preiss mengindikasikan saran bagi pelaku pasar keuangan agar jangan terlalu berharap banyak pada perundingan dagang Beijing-Washington DC, dan masih memberikan secercah harapan bagi kenaikan harga emas.
Positifnya pasar membuat nilai tukar dolar AS menguat sehingga menambah tingkat kemahalan emas bagi mata uang lain karena emas dibanderol dengan mata uang greenback, nama lain dolar AS.
Ramalan Emas Bakal ke Rp 900.000/gram
[Gambas:Video CNBC]
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular