
Data Pertumbuhan Ekonomi Tak Kuat Lagi Angkat Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2019 13:53

Tampaknya hal serupa juga dialami oleh mata uang Asia lainnya. Siang ini, mayoritas mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, yuan China, dolar Singapura, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:26 WIB:
Â
Sama seperti rupiah, berbagai mata uang Asia juga sudah menguat lumayan tajam terhadap dolar AS. Contoh, won Korea Selatan menguat 3,35% selama sebulan terakhir. Dalam periode yang sama, ringgit Malaysia menguat 1,31% sementara baht Thailand menguat 0,62%.
Jadi, godaan profit taking memang sedang menghantui Asia. Tidak heran mata uang berbagai negara kompak berjalan di jalur merah.
Selain itu, investor juga terus menanti kejelasan kesepakatan damai dagang AS-China fase I. Mengutip Financial Times, salah satu poin dalam kesepakatan tersebut adalah AS menghapus rencana pengenaan bea masuk untuk importasi produk China senilai US$ 156 miliar yang sedianya berlaku 15 Desember.
Namun, seperti diwartakan Reuters, China meminta AS untuk menghapus lebih banyak lagi bea masuk. China mendorong agar AS menghapus bea masuk 15% bagi impor produk mereka senilai US$ 125 miliar yang belaku September lalu.
Seorang sumber yang dekat dekat tim negosiator China mengungkapkan Beijing ingin agar AS menghapus seluruh bea masuk secepatnya. Namun pernyataan resmi dari pemerintah China masih normatif saja.
"Pembicaraan dengan AS terus menunjukkan kemajuan dan sesuai dengan rencana. Pengenaan bea masuk bukan langkah terbaik untuk menyelesaikan isu perdagangan," kata Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Kini pelaku pasar menantikan kepastian kapan perjanjian damai dagang fase I akan diteken, yang katanya bisa bulan ini. Sebelum ada hitam di atas putih, maka berbagai spekulasi masih akan berseliweran dan menambah ketidakpastian. Ini yang membuat investor memasang mode wait and see sehingga arus modal belum banyak mengalir ke negara berkembang Asia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:26 WIB:
Â
Sama seperti rupiah, berbagai mata uang Asia juga sudah menguat lumayan tajam terhadap dolar AS. Contoh, won Korea Selatan menguat 3,35% selama sebulan terakhir. Dalam periode yang sama, ringgit Malaysia menguat 1,31% sementara baht Thailand menguat 0,62%.
Jadi, godaan profit taking memang sedang menghantui Asia. Tidak heran mata uang berbagai negara kompak berjalan di jalur merah.
Selain itu, investor juga terus menanti kejelasan kesepakatan damai dagang AS-China fase I. Mengutip Financial Times, salah satu poin dalam kesepakatan tersebut adalah AS menghapus rencana pengenaan bea masuk untuk importasi produk China senilai US$ 156 miliar yang sedianya berlaku 15 Desember.
Namun, seperti diwartakan Reuters, China meminta AS untuk menghapus lebih banyak lagi bea masuk. China mendorong agar AS menghapus bea masuk 15% bagi impor produk mereka senilai US$ 125 miliar yang belaku September lalu.
Seorang sumber yang dekat dekat tim negosiator China mengungkapkan Beijing ingin agar AS menghapus seluruh bea masuk secepatnya. Namun pernyataan resmi dari pemerintah China masih normatif saja.
"Pembicaraan dengan AS terus menunjukkan kemajuan dan sesuai dengan rencana. Pengenaan bea masuk bukan langkah terbaik untuk menyelesaikan isu perdagangan," kata Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.
Kini pelaku pasar menantikan kepastian kapan perjanjian damai dagang fase I akan diteken, yang katanya bisa bulan ini. Sebelum ada hitam di atas putih, maka berbagai spekulasi masih akan berseliweran dan menambah ketidakpastian. Ini yang membuat investor memasang mode wait and see sehingga arus modal belum banyak mengalir ke negara berkembang Asia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular