
4 Tahun Rugi, Bakrie & Brothers Cetak Laba Bersih Rp 342 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berhasil memulihkan kinerja bisnis setelah membukukan laba bersih pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Laporan keuangan per September 2019 mencatat, BNBR meraih laba bersih Rp 342,34 miliar dari sebelumnya rugi bersih yang mencapai Rp 1,23 triliun. Pulihnya kinerja bisnis BNBR ini berhasil ditorehkan setelah perusahaan terus terjebak dalam kerugian sejak 2015 atau 4 tahun lalu.
Pada Desember 2015, rugi bersih BNBR tercatat Rp 1,75 triliun, lalu rugi membengkak menjadi Rp 3,60 triliun pada 2016. Kemudian kerugian turun menjadi Rp 1,21 triliun pada 2017 dan akhir Desember 2018 juga merugi Rp 1,26 triliun.
Pada 9 bulan tahun ini, BNBR berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan 6,16% menjadi Rp 2,47 triliun dari sebelumnya Rp 2,33 triliun.
"Kerja keras yang dilakukan beberapa tahun terakhir membuahkan hasil nyata. Kami dapat menjaga konsistensi kinerja positif sejak semester pertama lalu. Pada kuartal ketiga ini, BNBR kembali mencetak laba dan ini sangat menggembirakan bagi para pemangku kepentingan, terutama investor," kata Direktur Utama BNBR, Anindya Novyan Bakrie di Jakarta, dalam keterangan resmi, dikutip, Selasa (5/11/2019).
Anindya Novyan menjelaskan salah satu faktor kinerja membaik ialah kinerja anak perusahaan yang makin baik dan memberikan kontribusi positif.
"Sejak akhir Desember 2018 hingga pertengahan 2019, beberapa unit usaha menampilkan performa lebih bagus dibanding waktu-waktu sebelumnya," katanya.
Selain itu, restrukturisasi juga menjadi salah satu faktor positif bagi perusahaan. Seperti diketahui, sejak beberapa tahun belakangan ini BNBR melakukan berbagai upaya perbaikan posisi keuangan, utamanya dengan merestrukturisasi utang serta menjalankan program cost reduction dan efisiensi besar- besaran di tingkat operasional anak-anak usaha.
"Secara bertahap, kinerja BNBR berhasil kita perbaiki dan tingkatkan. Beban utang secara konsisten terus berkurang dan nilai aset meningkat. Tahun lalu, kita juga melakukan konversi sebagian utang menjadi saham dan ini turut meringankan beban secara cukup signifikan," papar Anin.
Tercatat dalam Laporan Keuangan, beban utang dan bunga perseroan berkurang dari Rp 344,63 miliar pada kuartal III 2018 menjadi tinggal Rp 129,12 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Dari sisi finansial, hingga kuartal III-2019 ini, PT Bakrie Pipe Industries (BPI), unit usaha perseroan yang memproduksi pipa baja, mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,295 triliun, meningkat 8,7% dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 1,19 triliun. Ini terjadi karena adanya sejumlah proyek berkesinambungan bersifat multi-years serta sejumlah proyek baru di sektor migas dan non-migas.
BPI saat ini mendapatkan sejumlah proyek migas baru, antara lain pengadaan pipa untuk Saka Energi di wilayah Jawa Timur dan proyek Pembangkit Jawa I (IPP Jawa I). Kedua proyek ini memperkuat proyek multi-years pengadaan pipa untuk bisnis Pertamina di sektor downstream (hilir) yang sudah bergulir sejak akhir 2017 dan tuntas pada semester I 2019 lalu.
Sementara itu, di sektor non-migas BPI kembali berhasil memenangkan tender proyek PLN untuk pengadaan tiang listrik.
"Proyek pengadaan tiang listrik senilai Rp 400 miliar ini didapatkan kembali oleh perusahaan selama dua tahun berturut-turut. Ini capaian menggembirakan. Semua disokong penjualan para distributor BPI yang tersebar di seluruh Indonesia, selain adanya faktor cost reduction berupa efisiensi bahan baku di dalam proses produksi pipa baja," kata Anindya Bakrie.
Selain BPI, PT Bakrie Autoparts, unit usaha lain perseroan yang memproduksi komponen otomotif, hingga kuartal III 2019 mampu meraup revenue tak kurang dari Rp 529,5 miliar.
Sedangkan PT Bakrie Building Industries (BBI), unit usaha perseroan yang memproduksi berbagai jenis bahan bangunan, juga terus melakukan serangkaian perbaikan, dalam menghasilkan sejumlah material berdaya guna tinggi, sambil terus membenahi proses produksi.
Lebih jauh, Anin juga menjelaskan tentang diakuisisinya PT Multi Kontrol Nusantara dalam kendali perseroan, yaitu unit bisnis yang berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi dan technology solutions. "Ini membuktikan komitmen kami untuk berinvestasi secara serius di bidang industri berbasis teknologi," kata Anin lagi.
Simak volume penjualan BUMI naik
(tas/hps) Next Article BNBR Private Placement 298 Juta Saham Baru, buat Bayar Utang?
