
AS Keluar dari Perjanjian Paris, Begini Harga Batu Bara
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 November 2019 13:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat pada perdagangan kemarin (4/11/2019). Harga batu bara naik tipis 0,07% ke level 67,75/ton Senin kemarin.
Harga batu bara masih konsolidasi dan berada di level US$ 67/ton sejak akhir Oktober. Belum ada katalis yang kuat untuk membuat harga batu bara kembali melesat naik.
Kemarin, Pemerintahan Presiden AS Donald Trump resmi mengumumkan bahwa Amerika akan keluar dari Perjanjian Paris. Trump memang berencana untuk mundur dari perjanjian tersebut dan telah mewacanakan sejak 2017.
Per Senin kemarin AS mulai melakukan prosedur penarikan dirinya dari perjanjian tersebut. Butuh waktu kurang lebih satu tahun untuk benar-benar secara resmi keluar dari perjanjian tersebut. Itu artinya AS akan benar-benar keluar dari Perjanjian Paris tahun 2020 mendatang.
Perjanjian Paris menghasilkan tiga luaran yaitu : 1) menekan laju kenaikan temperatur global hingga 2 derajat celcius 2) pembangunan yang rendah emisi karbon hingga 3) membuat suplai keuangan yang konsisten demi tercapainya pembangunan yang rendah emisi.
Pengunduran diri Amerika dari perjanjian tersebut mengisyaratkan bahwa Paman Sam tidak ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah perubahan iklim global.
Penarikan diri AS dari perjanjian Paris juga diikuti dengan pernyataan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulavney yang mengumumkan bahwa isu perubahan iklim global tidak akan menjadi isu yang dibahas dalam pertemuan G7 nanti di mana Amerika bertindak sebagai tuan rumahnya.
Seperti diketahui bersama bahwa batu bara merupakan salah satu sumber dari emisi karbon. Beberapa negara kawasan Eropa yang sangat memperhatikan lingkungan terus berupaya untuk menekan konsumsi batu bara mereka.
Konsumsi batu bara Amerika Serikat pun terus mengalami tren penurunan sejak 2008. Namun di tengah kondisi ekonomi global yang sedang tidak kondusif dan adanya perang dagang, ekonomi AS tumbuh melambat.
Pada kuartal III-2019 ekonomi AS tumbuh 1,9% (YoY). Sementara pada dua kuartal sebelumnya yaitu kuartal I dan II ekonomi Paman Sam tumbuh masing-masing 3% dan 2%.
Dengan kondisi ekonomi yang tumbuh melambat serta murahnya harga batu bara dibandingkan sumber energi yang lain tidak menutup kemungkinan akan kembali dipilih oleh AS sebagai pendorong aktivitas ekonominya.
Jelang musim dingin, biasanya harga batu bara akan naik dipicu oleh kebutuhan batu bara yang tinggi. Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan November berada di US$ 66,27/ton naik dibandingkan dengan bulan Oktober yang hanya US$ 64,8/ton.
"Kenaikan HBA bulan ini dibanding bulan lalu dipicu oleh adanya peningkatan permintaan batu bara jelang musim dingin" terang Agung Pribadi, juru bicara kementerian ESDM, melansir Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sudah Dua Pekan Tertekan, Harga Batu Bara Mulai Rebound
Harga batu bara masih konsolidasi dan berada di level US$ 67/ton sejak akhir Oktober. Belum ada katalis yang kuat untuk membuat harga batu bara kembali melesat naik.
Per Senin kemarin AS mulai melakukan prosedur penarikan dirinya dari perjanjian tersebut. Butuh waktu kurang lebih satu tahun untuk benar-benar secara resmi keluar dari perjanjian tersebut. Itu artinya AS akan benar-benar keluar dari Perjanjian Paris tahun 2020 mendatang.
Perjanjian Paris menghasilkan tiga luaran yaitu : 1) menekan laju kenaikan temperatur global hingga 2 derajat celcius 2) pembangunan yang rendah emisi karbon hingga 3) membuat suplai keuangan yang konsisten demi tercapainya pembangunan yang rendah emisi.
Pengunduran diri Amerika dari perjanjian tersebut mengisyaratkan bahwa Paman Sam tidak ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah perubahan iklim global.
Penarikan diri AS dari perjanjian Paris juga diikuti dengan pernyataan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulavney yang mengumumkan bahwa isu perubahan iklim global tidak akan menjadi isu yang dibahas dalam pertemuan G7 nanti di mana Amerika bertindak sebagai tuan rumahnya.
Seperti diketahui bersama bahwa batu bara merupakan salah satu sumber dari emisi karbon. Beberapa negara kawasan Eropa yang sangat memperhatikan lingkungan terus berupaya untuk menekan konsumsi batu bara mereka.
Konsumsi batu bara Amerika Serikat pun terus mengalami tren penurunan sejak 2008. Namun di tengah kondisi ekonomi global yang sedang tidak kondusif dan adanya perang dagang, ekonomi AS tumbuh melambat.
Pada kuartal III-2019 ekonomi AS tumbuh 1,9% (YoY). Sementara pada dua kuartal sebelumnya yaitu kuartal I dan II ekonomi Paman Sam tumbuh masing-masing 3% dan 2%.
Dengan kondisi ekonomi yang tumbuh melambat serta murahnya harga batu bara dibandingkan sumber energi yang lain tidak menutup kemungkinan akan kembali dipilih oleh AS sebagai pendorong aktivitas ekonominya.
Jelang musim dingin, biasanya harga batu bara akan naik dipicu oleh kebutuhan batu bara yang tinggi. Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan November berada di US$ 66,27/ton naik dibandingkan dengan bulan Oktober yang hanya US$ 64,8/ton.
"Kenaikan HBA bulan ini dibanding bulan lalu dipicu oleh adanya peningkatan permintaan batu bara jelang musim dingin" terang Agung Pribadi, juru bicara kementerian ESDM, melansir Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Sudah Dua Pekan Tertekan, Harga Batu Bara Mulai Rebound
Most Popular