
Jelang Damai Dagang, Yuan Terus Menguat Lawan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 November 2019 13:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Hawa damai dagang Amerika Serikat (AS) dan China melambungkan nilai tukar mata uang Negeri Tirai Bambu.
Pada Selasa (5/11/2019), CNY 1 dihargai Rp 1.993,37 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah. Pada pukul 12:42 WIB, CNY 1 setara dengan Rp 1.994,82 di mana rupiah melemah 0,11%.
Rupiah memang sedang dalam tren melemah di hadapan yuan. Dalam sebulan terakhir, depresiasi rupiah tercatat 0,75%.
Sepertinya aura damai dagang AS-China menaikkan minat investor untuk kembali mengoleksi yuan. Sebab kala hubungan dengan AS pulih, maka perlambatan ekonomi China mungkin bisa teratasi.
Pada kuartal III-2019, ekonomi China tumbuh 6%. Ini adalah laju terlemah setidaknya sejak 1992.
Penyebabnya adalah ekspor yang lesu. Sejak awal tahun, sudah lima kali ekspor China mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Penurunan ekspor China disebabkan oleh sulitnya masuk ke pasar AS akibat perang dagang. Pengenaan bea masuk terhadap ribuan produk membuat produk made in China sulit menembus pasar Negeri Paman Sam.
Padahal AS adalah negara tujuan ekspor utama bagi China. Nilai ekspor Negeri Tirai Bambu pada September adalah US$ 218,12 miliar. AS adalah negara tujuan ekspor nomor satu dengan nilai US$ 37,3 miliar.
Kini ada harapan AS-China bisa mencapai damai dagang. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berencana untuk meneken kesepakatan damai dagang fase I pada bulan ini.
Menurut Trump, kesepakatan fase I ini sangat penting karena mencakup sekitar 60% isu yang membuat hubungan AS-China menegang. Kalau 60% masalah sudah selesai, maka 40% sisanya tinggal menunggu waktu.
Jika AS-China sudah mencapai damai dagang 100%, maka tidak ada lagi hambatan ekspor dan produk China bisa kembali masuk ke pasar AS. Ekspor China akan membaik, pertumbuhan ekonomi pun bisa pulih.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sejak Awal Tahun Rupiah Menguat 4% Lebih Lawan Yuan
Pada Selasa (5/11/2019), CNY 1 dihargai Rp 1.993,37 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah. Pada pukul 12:42 WIB, CNY 1 setara dengan Rp 1.994,82 di mana rupiah melemah 0,11%.
Sepertinya aura damai dagang AS-China menaikkan minat investor untuk kembali mengoleksi yuan. Sebab kala hubungan dengan AS pulih, maka perlambatan ekonomi China mungkin bisa teratasi.
Pada kuartal III-2019, ekonomi China tumbuh 6%. Ini adalah laju terlemah setidaknya sejak 1992.
Penyebabnya adalah ekspor yang lesu. Sejak awal tahun, sudah lima kali ekspor China mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Penurunan ekspor China disebabkan oleh sulitnya masuk ke pasar AS akibat perang dagang. Pengenaan bea masuk terhadap ribuan produk membuat produk made in China sulit menembus pasar Negeri Paman Sam.
Padahal AS adalah negara tujuan ekspor utama bagi China. Nilai ekspor Negeri Tirai Bambu pada September adalah US$ 218,12 miliar. AS adalah negara tujuan ekspor nomor satu dengan nilai US$ 37,3 miliar.
Kini ada harapan AS-China bisa mencapai damai dagang. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berencana untuk meneken kesepakatan damai dagang fase I pada bulan ini.
Menurut Trump, kesepakatan fase I ini sangat penting karena mencakup sekitar 60% isu yang membuat hubungan AS-China menegang. Kalau 60% masalah sudah selesai, maka 40% sisanya tinggal menunggu waktu.
Jika AS-China sudah mencapai damai dagang 100%, maka tidak ada lagi hambatan ekspor dan produk China bisa kembali masuk ke pasar AS. Ekspor China akan membaik, pertumbuhan ekonomi pun bisa pulih.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sejak Awal Tahun Rupiah Menguat 4% Lebih Lawan Yuan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular