Yuan Terlemah Sejak 2008, Perang Mata Uang Sudah Dimulai?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 August 2019 09:26
Ada tendensi China mulai membawa perang dagang ke level selanjutnya, yaitu perang mata uang.
Ilustrasi Yuan China dan Dolar AS (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS)-China kembali memanas. Sepertinya kapak perang dagang kembali digali dari dalam tanah. Bukan itu saja, ada tendensi China mulai membawa perang dagang ke level selanjutnya, yaitu perang mata uang. 

Pada Senin (5/8/2019) pukul 09:02 WIB, mata uang yuan China melemah tajam di hadapan dolar AS yaitu 1,14%. US$ 1 dibanderol CNY 7,0175, yuan menyentuh titik terlemah sejak akhir Maret 2008 atau lebih dari 11 tahun lalu! 



Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump membuyarkan prospek damai dagang kedua negara. Melalui utas (thread) di Twitter, Trump menegaskan bakal mengenakan bea masuk baru yaitu untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. 


Beredar kabar bahwa Trump menebar ancaman tersebut dengan tidak mengindahkan saran dari para pejabatnya. Mengutip pemberitaan Wall Street Journal, sebenarnya para penasihat Trump tidak sepakat dengan pengenaan bea masuk baru kepada China, karena kedua negara baru saja menyelesaikan perundingan di Shanghai yang dinilai cukup konstruktif. Bahkan ada rencana untuk kembali mengadakan dialog di Washington bulan depan. 

Penasihat Ekonomi John Bolton, Penasihat Ekonomi Lawrence 'Larry Kudlow', sampai Kepala Staff Mick Mulvaney dikabarkan menolak rencana pengenaan bea masuk baru untuk China. Namun Trump bergeming dan tetap memberi ancaman terbuka melalui media sosial setelah perdebatan selama kurang lebih dua jam. 

Nasi sudah menjadi bubur dan China tidak terima. Beijing menegaskan siap menghadapi AS jika perang dagang memang tidak terhindarkan. "Posisi China sangat jelas. Kalau AS ingin berdialog, mari kita berdialog. Namun kalau AS ingin perang, mari kita berperang," tegas Zhang Jun, Duta Besar China untuk PBB, dikutip dari Reuters. 

Bisa jadi China membalas ancaman Trump dengan 'memainkan' nilai tukar yuan. Bank Sentral China (PBoC) menetapkan nilai tengah yuan hari ini di CNY 6,9225/US$. Yuan diperkenankan melemah atau menguat maksimal 2% dari titik tengah tersebut. 

Nilai tukar yuan tidak sepenuhnya bergerak melalui mekanisme pasar. Bisa jadi PBoC 'melepas' yuan agar melemah signifikan. Yuan yang lemah berarti ekspor China lebih kompetitif karena produk Negeri Tirai Bambu menjadi murah di pasar global. 

Apa yang dikhawatirkan tampaknya perlahan menjadi kenyataan. Perang dagang yang tidak kunjung berakhir membuatnya bertransformasi, naik kelas ke level baru yaitu perang mata uang. 

Kekhawatiran pelaku pasar menjalar ke mana-mana, termasuk ke rupiah. Pada pukul 09:20 WIB, rupiah melemah 0,39% di mana US$ 1 setara dengan Rp 14.230. Rupiah menyentuh posisi terlemah sejak 19 Juni.  



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular