Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, Terlemah Kedua Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 November 2019 10:20
Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, Terlemah Kedua Asia di Spot
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga terjebak di zona merah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (5/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.031. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di perdagangan pasar spot, rupiah juga melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.025 di mana rupiah melemah 0,11%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi tipis saja di 0,04%. Seiring perjalanan, depresiasi rupiah kian dalam dan dolar AS leluasa menjelajahi level Rp 14.000.


Sedangkan mata uang Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Tidak hanya rupiah, mata uang lainnya seoerti rupee India, yen Jepang, dolar Hong Kong, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan pun terjebak di zona merah.

Namun depresiasi 0,11% membuat rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah di Asia. Rupiah berada di urutan kedua dari bawah, hanya lebih baik dari yen.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:05 WIB:

 


Dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 10:08 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%.

Ternyata isu damai dagang AS-China juga berdampak positif terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Sebab kala AS-China berdamai, maka ekspor Negeri Adidaya akan membaik sehingga menambah pasokan devisa dan menopang nilai tukar mata uang.


Hubungan AS-China memang semakin mesra. Kedua negara berencana untuk menandatangani perjanjian damai dagang fase I pada bulan ini.

Perjanjian ini bukan kaleng-kaleng. Financial Times mengabarkan, Washington kini sedang mempertimbangkan untuk mencabut sebagian bea masuk terhadap importasi produk-produk China. Bea masuk yang rencananya dicabut adalah 15% untuk importasi produk China senilai US$ 112 miliar yang berlaku pada 1 September.

Sebelumnya, Washington juga mempertimbangkan untuk mencabut status Huawei di daftar hitam. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan AS sudah boleh menjual produknya he Huawei. Pasalnya, memang sudah banyak aplikasi dari perusahaan Negeri Paman Sam untuk berbisnis dengan Huawei.

"Pemerintah sudah menerima 206 aplikasi, itu jumlah yang banyak. Jujur saja, lebih banyak dari perkiraan kami. Jadi, izin akan keluar dalam waktu dekat. Hubungan kami sedang bagus, banyak kemajuan yang dicapai. Tidak ada alasan untuk mundur," papar Ross, seperti diberitakan Reuters.


Perkembangan ini semakin mengukuhkan bahwa damai dagang AS-China sudah di depan mata. Tidak hanya membuat risk appetite investor meningkat, damai dagang juga membuat prospek ekonomi AS lebih cerah. Akibatnya, permintaan terhadap mata uang ini meningkat sehingga nilai tukarnya menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular