
Setelah 'Buang Dolar', Negara Dunia Juga Harus 'Buang Euro'?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 November 2019 06:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah ribut-ribut masalah 'membuang' dolar atau de-dolarisasi oleh beberapa negara besar dunia. Kini, isu buang euro juga mencuat.
Ini terjadi setelah Gubernur Bank Sentral Hungaria Gyorgy Matolcsy mengatakan negara-negara zona euro harus diizinkan untuk berhenti menggunakan mata uang tunggal itu selama beberapa dekade mendatang. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah artikel yang dimuat di Financial Times.
Euro yang diperkenalkan pada tahun 1999 saat ini digunakan di 19 negara Eropa. Di bawah aturan Uni Eropa (UE), setiap anggota blok politik yang lebih luas pada akhirnya harus mengadopsi mata uang tunggal ini.
"Mata uang bersama tidak diperlukan untuk kisah sukses Eropa sebelum 1999 dan mayoritas negara anggota zona euro tidak mendapat manfaat dari itu kedepannya," kata Matolcsy dalam opininya yang dikutip CNBC International, Senin (4/11/2019).
"Waktunya telah tiba untuk bangun dari mimpi yang berbahaya dan tanpa hasil ini. Titik awal yang baik adalah mengenali bahwa mata uang tunggal ini merupakan jebakan bagi semua anggotanya, untuk alasan yang berbeda, bukan tambang emas. Negara-negara UE, baik di dalam maupun di luar zona euro, harus mengakui bahwa euro telah menjadi kesalahan strategis," tambah pria yang mengepalai Bank Nasional Hongaria sejak Maret 2013 itu.
Dalam opininya itu, Matolcsy mencontohkan apa yang terjadi pada Yunani. Seperti diketahui, pada 2011 lalu negara-negara Eropa, terutama mereka yang berbagi euro, terpukul parah oleh krisis utang pemerintah. Krisis ini menyebar ke berbagai negara, khususnya Yunani.
Pada kekacauan itu, berbagai politisi mencoba menemukan solusi. Kemudian, beberapa politisi termasuk Mantan Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schäuble, berpendapat bahwa Yunani harus berhenti menggunakan euro untuk sementara waktu.
"Orang Eropa harus melepaskan fantasi berisiko mereka untuk menciptakan kekuatan yang menyaingi Amerika Serikat (AS). Anggota zona euro harus diizinkan meninggalkan zona mata uang dalam beberapa dekade mendatang, dan mereka yang tersisa harus membangun mata uang global yang lebih berkelanjutan," tambah Matolcsy lagi.
(sef/sef) Next Article Pelaku Pasar Masih Galau Gegara Corona, Euro Melemah Lagi
Ini terjadi setelah Gubernur Bank Sentral Hungaria Gyorgy Matolcsy mengatakan negara-negara zona euro harus diizinkan untuk berhenti menggunakan mata uang tunggal itu selama beberapa dekade mendatang. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah artikel yang dimuat di Financial Times.
Euro yang diperkenalkan pada tahun 1999 saat ini digunakan di 19 negara Eropa. Di bawah aturan Uni Eropa (UE), setiap anggota blok politik yang lebih luas pada akhirnya harus mengadopsi mata uang tunggal ini.
"Waktunya telah tiba untuk bangun dari mimpi yang berbahaya dan tanpa hasil ini. Titik awal yang baik adalah mengenali bahwa mata uang tunggal ini merupakan jebakan bagi semua anggotanya, untuk alasan yang berbeda, bukan tambang emas. Negara-negara UE, baik di dalam maupun di luar zona euro, harus mengakui bahwa euro telah menjadi kesalahan strategis," tambah pria yang mengepalai Bank Nasional Hongaria sejak Maret 2013 itu.
Dalam opininya itu, Matolcsy mencontohkan apa yang terjadi pada Yunani. Seperti diketahui, pada 2011 lalu negara-negara Eropa, terutama mereka yang berbagi euro, terpukul parah oleh krisis utang pemerintah. Krisis ini menyebar ke berbagai negara, khususnya Yunani.
Pada kekacauan itu, berbagai politisi mencoba menemukan solusi. Kemudian, beberapa politisi termasuk Mantan Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schäuble, berpendapat bahwa Yunani harus berhenti menggunakan euro untuk sementara waktu.
"Orang Eropa harus melepaskan fantasi berisiko mereka untuk menciptakan kekuatan yang menyaingi Amerika Serikat (AS). Anggota zona euro harus diizinkan meninggalkan zona mata uang dalam beberapa dekade mendatang, dan mereka yang tersisa harus membangun mata uang global yang lebih berkelanjutan," tambah Matolcsy lagi.
(sef/sef) Next Article Pelaku Pasar Masih Galau Gegara Corona, Euro Melemah Lagi
Most Popular