
Terungkap! Ini Rahasia Garuda Cetak Laba Rp 1,71 triliun
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
04 November 2019 18:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengungkapkan alasan di balik kinerja keuangan perusahaan yang membaik selama 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 dibandingkan dengan periode yang sama 2018.
VP Corporate Secretary Garuda, M Ikhsan Rosan, mengungkapkan rahasia kinerja keuangan perusahaan yang kian membaik itu tak lepas dari adanya sederet penyesuaian yang diterapkan.
"Kita menyesuaikan permintaan [kursi] sama kapasitas yang harus kita berikan," ungkap Ikhsan Rosan ketika ditemui di kantor Kementerian BUMN, Senin (4/11/2019).
Poin pentingnya, Garuda terus berupaya meningkatkan pendapatan, serta memangkas biaya yang tak diperlukan. Dengan begitu, ia menegaskan bahwa Garuda tak hanya fokus mengejar target penumpang saja, tapi juga efisiensi biaya saat menghadapi low season.
"Dulu kan kita mengacu pada target penumpang sehingga utility pesawat kita drop. Nah sekarang enggak, memang kita paham pasar ya kalau memang low season kita harus menyesuaikan. Jadi lebih efektif, fuel kita juga lebih hemat, dan crew kita bisa efektif, pesawat bisa masuk maintenance," jelasnya.
Sebelumnya, kinerja maskapai pelat merah ini semakin membaik. Perseroan kembali mencetak laba bersih di 9 bulan pertama 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, hingga kuartal III-2019 Garuda mengantongi laba bersih senilai US$ 122,42 juta atau setara Rp 1,71 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Pada periode yang sama tahun lalu, maskapai milik pemerintah ini rugi hingga US$ 114,08 juta atau Rp 1,59 triliun.
Laba perseroan ditopang oleh kenaikan total pendapatan usaha 9,9% menjadi US$ 3,54 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 3,21 miliar atau Rp 49,58 triliun.
Peningkatan pendapatan tersebut terutama ditopang pendapatan dari penerbangan berjadwal senilai US$ 2,79 miliar, tumbuh 8,8% secara yoy dari US$ 2,56 miliar. Sedangkan pendapatan tidak berjadwal turun dari US$ 254,75 juta menjadi US$ 249,92 juta.
Perseroan juga mencatatkan penurunan beban pokok penjualan dan pendapatan sebesar 2,36% dari US$ 2,95 miliar kuartal III-2019 tahun lalu menjadi US$ 3,28 miliar.
Sementara itu, Garuda tercatat mengalami kerugian dari selisih kurs sepanjang Januari-September 2019 sebesar US$ 13,91 juta. Kondisi ini berbalik dari Januari-September 2018 yang mencatat keuntungan selisih kurs senilai US$ 52,35 juta.
Meski begitu, Garuda mampu mengantongi pendapatan bersih dari usaha lain-lain senilai US$ 13,62 juta hingga kuartal III 2019 ini. Catatan tersebut mampu tumbuh hingga 42,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 9,55 juta.
Dengan kenaikan pendapatan usaha dan turunnya beban usaha selama 9 bulan pertama tahun ini Garuda mampu mengantongi laba usaha senilai US$ 253,24 juta.
Sementara itu, Garuda tercatat mengalami kerugian dari selisih kurs sepanjang Januari-September 2019 sebesar US$ 13,91 juta. Kondisi ini berbalik dari Januari-September 2018 yang mencatat keuntungan selisih kurs senilai US$ 52,35 juta.
Meski begitu, Garuda mampu mengantongi pendapatan bersih dari usaha lain-lain senilai US$ 13,62 juta hingga kuartal III 2019 ini. Catatan tersebut mampu tumbuh hingga 42,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 9,55 juta.
Dengan kenaikan pendapatan usaha dan turunnya beban usaha selama 9 bulan pertama tahun ini Garuda mampu mengantongi laba usaha senilai US$ 253,24 juta.
Angka ini berbalik dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencatat rugi usaha senilai US$ 70,81 juta. Catatan lainnya, total aset perusahaan per September 2019 senilai US$ 4,41 miliar, naik 5,9% dibandingkan dengan total aset per Desember 2018 yang senilai US$ 4,16 miliar.
Simak strategi Garuda pakai drone
Simak strategi Garuda pakai drone
(tas) Next Article Singapore Airlines Masuk Garuda Indonesia, Bakal Bikin Ini
Most Popular