
Pasar Gelisah, Rilis PDB Besok Bisa Bikin IHSG Amsyong
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
04 November 2019 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi (Pendapatan Domestik Bruto/PDB) Indonesia pada Selasa besokĀ (5/11/2019).
Pelaku pasar tampaknya berekspektasi pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5%, dan sulit untuk menembusĀ target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang dipatok sebesar 5,3%.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, mengatakan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi RI pada level 5%.
"Ekspektasi market sih sekitar 5%. Tapi ekonom kita proyeksi 4,9%," kata Suria, kepada CNBC Indonesia, Senin (4/11/2019).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi sepanjang Juli-September tumbuh 5,02% secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%.
Ada yang cukup menarik. Dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Citibank, Trimegah, dan DBS memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5%, di kisaran 4,9%.
David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), memprediksi pertumbuhan ekonomi yang akan disampaikan BPS besok berada pada kisaran 5%.
Pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan ini berpotensi menjadi sentimen bearish bagi pasar saham domestik. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terusik karena rilis pertumbuhan ekonomi tersebut.
Suria Dharma mengakui ada potensi market akan terkoreksi merespons hal tersebut. Namun ia menambahkan, secara keseluruhan pasar saham domestik memang kurang baik selama November.
"Sebenarnya ini kesempatan untuk masuk. Desember seharusnya (IHSG) naik, secara historical setidaknya dalam 13 tahun terakhir selalu naik dan bisa berlanjut sampai dengan Februari (2020). Setelah itu kita mesti melihat, ada potensi resesi atau tidak di Amerika Serikat," tambah Suria.
Siang ini, IHSG sudah terkapar di zona merah pada penutupan sesi I ketika terkoreksi 0,20% ke level 6.194,71.
Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,19%.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, sama persis dengan konsensus. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,06% YoY.
Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.
Pada kuartal III-2019, konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,01% secara tahunan, melambat dari capaian di kuartal I dan II.
Jika hanya mencapai 5,01%, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 akan jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Pada pekan lalu, rilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019 sudah terlihat jelas membuat pelaku pasar saham tanah air grogi. Buktinya, IHSG mencetak imbal hasil negatif pada dua perdagangan terakhir di pekan kemarin.
Jika dihitung secara mingguan, IHSG melemah sebesar 0,7% pada pekan kemarin, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia. Padahal, seluruh indeks saham negara-negara Asia lainya mampu mencetak apresiasi pada pekan kemarin.
Pada hari ini, jika kekhawatiran terkait angka pertumbuhan ekonomi masih mendominasi, IHSG bisa mengakhiri hari di zona merah.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Pelaku pasar tampaknya berekspektasi pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5%, dan sulit untuk menembusĀ target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang dipatok sebesar 5,3%.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, mengatakan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi RI pada level 5%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi sepanjang Juli-September tumbuh 5,02% secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%.
Ada yang cukup menarik. Dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Citibank, Trimegah, dan DBS memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5%, di kisaran 4,9%.
David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), memprediksi pertumbuhan ekonomi yang akan disampaikan BPS besok berada pada kisaran 5%.
Pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan ini berpotensi menjadi sentimen bearish bagi pasar saham domestik. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terusik karena rilis pertumbuhan ekonomi tersebut.
Suria Dharma mengakui ada potensi market akan terkoreksi merespons hal tersebut. Namun ia menambahkan, secara keseluruhan pasar saham domestik memang kurang baik selama November.
"Sebenarnya ini kesempatan untuk masuk. Desember seharusnya (IHSG) naik, secara historical setidaknya dalam 13 tahun terakhir selalu naik dan bisa berlanjut sampai dengan Februari (2020). Setelah itu kita mesti melihat, ada potensi resesi atau tidak di Amerika Serikat," tambah Suria.
Siang ini, IHSG sudah terkapar di zona merah pada penutupan sesi I ketika terkoreksi 0,20% ke level 6.194,71.
Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,19%.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, sama persis dengan konsensus. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,06% YoY.
Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.
Pada kuartal III-2019, konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,01% secara tahunan, melambat dari capaian di kuartal I dan II.
Jika hanya mencapai 5,01%, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 akan jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Pada pekan lalu, rilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019 sudah terlihat jelas membuat pelaku pasar saham tanah air grogi. Buktinya, IHSG mencetak imbal hasil negatif pada dua perdagangan terakhir di pekan kemarin.
Jika dihitung secara mingguan, IHSG melemah sebesar 0,7% pada pekan kemarin, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia. Padahal, seluruh indeks saham negara-negara Asia lainya mampu mencetak apresiasi pada pekan kemarin.
Pada hari ini, jika kekhawatiran terkait angka pertumbuhan ekonomi masih mendominasi, IHSG bisa mengakhiri hari di zona merah.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular