
Hantu Resesi Hong Kong & Kinerja Emiten Bikin IHSG Drop 0,38%

Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Oktober 2019 menjadi faktor yang membebani laju IHSG. Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan lalu terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level 3,13%.
"Hasil pantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,02%. Untuk inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2019 mencapai 2,22% dan year-on-year 3,13%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya, Jumat (1/11//2019).
Inflasi pada bulan lalu berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.
Lantas, lagi-lagi inflasi berada di bawah ekspektasi. Untuk periode September 2019, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,27% secara bulanan, lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja.
Untuk diketahui, jika ditotal untuk periode kuartal III-2019, Indonesia membukukan inflasi sebesar 0,16% saja. Inflasi pada kuartal III-2019 berada jauh di bawah rata-rata inflasi kuartal III dalam empat tahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mencapai 0,62%.
Di era pemerintahan Jokowi, inflasi kuartal III-2019 yang hanya sebesar 0,16% merupakan inflasi kuartal III terendah kedua, pasca pada kuartal III-2018 Indonesia hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,05%.
Dengan inflasi yang terus saja berada di bawah ekspektasi, timbul kekhawatiran bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam tekanan.
Untuk diketahui, indikasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia juga datang dari kinerja penjualan barang-barang ritel yang lesu. Sudah sedari bulan Mei, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Merespons adanya indikasi yang kuat bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam tekanan, saham-saham konsumer pun dilego pelaku pasar.
Per akhir sesi satu, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,27%. Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar per akhir sesi satu di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,81%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,57%), PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk/BTEK (-9,52%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,32%), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk/TBLA (-2,66%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps)