
Inflasi Rendah, Lha Kok Rupiah Melemah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2019 10:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, rupiah juga masih terjebak di zona merah.
Pada Jumat (1/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.066. Rupiah melemah 0,41% dan menyentuh titik terlemah sejak 21 Oktober.
Sementara di pasar spot, rupiah pun bernasib serupa. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.055 di mana rupiah melemah 0,16%.
Kala pembukaan pasar, rupiah hanya melemah tipis 0,06%. Namun selepas itu depresiasi rupiah kian dalam.
Sepertinya rilis data inflasi tidak banyak membantu mata uang Ibu Pertiwi. Padahal inflasi Oktober 2019 lebih rendah ketimbang ekspektasi.
Pada Oktober, terjadi inflasi 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 3,13% dan inflasi inti tahunan adalah 3,2%.
Realisasi in lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulan sebesar 0,12%, tahunan 3,23%, dan inti tahunan 3,3%.
Sepertinya investor lebih mencerna data yang dirilis sebelum inflasi yaitu Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Oktober, PMI manufaktur Indonesia berada di 47,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1 dan menjadi angka terendah setidaknya sejak 2016.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Apabila di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi. Malangnya, PMI Indonesia sudah berada di bawah 50 dalam empat bulan terakhir.
Kelesuan dunia usaha ini kemungkinan membuat data inflasi menjadi hambar. Selain itu, ada kemungkinan dunia usaha enggan menaikkan harga karena khawatir produk mereka tidak terbeli oleh konsumen akibat isu pelemahan daya beli. Mungkin ini yang pada akhirnya membuat inflasi Oktober menjadi sangat tipis.
Situasi domestik yang kurang kondusif ini membuat investor enggan untuk mampir ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 10:11 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,18% dan investor asing melakukan jual bersih Rp 29,37 miliar di pasar reguler. Pantas saja rupiah melemah, karena memang kekurangan 'darah'.
Pada Jumat (1/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.066. Rupiah melemah 0,41% dan menyentuh titik terlemah sejak 21 Oktober.
Sementara di pasar spot, rupiah pun bernasib serupa. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.055 di mana rupiah melemah 0,16%.
Sepertinya rilis data inflasi tidak banyak membantu mata uang Ibu Pertiwi. Padahal inflasi Oktober 2019 lebih rendah ketimbang ekspektasi.
Pada Oktober, terjadi inflasi 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 3,13% dan inflasi inti tahunan adalah 3,2%.
Realisasi in lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulan sebesar 0,12%, tahunan 3,23%, dan inti tahunan 3,3%.
Sepertinya investor lebih mencerna data yang dirilis sebelum inflasi yaitu Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Oktober, PMI manufaktur Indonesia berada di 47,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1 dan menjadi angka terendah setidaknya sejak 2016.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Apabila di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi. Malangnya, PMI Indonesia sudah berada di bawah 50 dalam empat bulan terakhir.
Kelesuan dunia usaha ini kemungkinan membuat data inflasi menjadi hambar. Selain itu, ada kemungkinan dunia usaha enggan menaikkan harga karena khawatir produk mereka tidak terbeli oleh konsumen akibat isu pelemahan daya beli. Mungkin ini yang pada akhirnya membuat inflasi Oktober menjadi sangat tipis.
Situasi domestik yang kurang kondusif ini membuat investor enggan untuk mampir ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 10:11 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,18% dan investor asing melakukan jual bersih Rp 29,37 miliar di pasar reguler. Pantas saja rupiah melemah, karena memang kekurangan 'darah'.
Next Page
Damai Dagang di Mana-mana
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular