
Rupiah Masih Betah di Zona Merah, Ada Apa Kah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2019 08:37

Langkah rupiah begitu berat karena investor menantikan rilis data-data penting yang menumpuk dalam waktu dekat. Tidak lama lagi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Oktober 2019.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara month-on-month (MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,23% dan inflasi inti tahunan di 3,3%.
Kemudian pada 5 November, BPS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi nasional periode Juli-September tumbuh 5,03%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%.
Lalu akhir pekan depan giliran Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019. Pos yang akan sangat dicermati pasar adalah transaksi berjalan (current account), yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Transaksi berjalan menjadi fondasi bagi nilai tukar rupiah.
Selagi menanti data-data tersebut, investor memilih menahan diri. Sebab jika ternyata realisasinya lebih buruk ketimbang ekspektasi, maka perlambatan ekonomi Indonesia semakin nyata.
(aji/aji)
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara month-on-month (MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,23% dan inflasi inti tahunan di 3,3%.
Kemudian pada 5 November, BPS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi nasional periode Juli-September tumbuh 5,03%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%.
Selagi menanti data-data tersebut, investor memilih menahan diri. Sebab jika ternyata realisasinya lebih buruk ketimbang ekspektasi, maka perlambatan ekonomi Indonesia semakin nyata.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular