Mengecewakan! Rupiah Mirip Arsenal dan Tottenham

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 October 2019 16:45
Padahal Sentimen Positif Bertebaran
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sepertinya rupiah terseret ke jalur merah karena faktor musiman. Kebutuhan valas korporasi memang sedang tinggi saat akhir bulan karena ada kewajiban pembayaran utang, impor, dan sebagainya. Rupiah pun mengalami tekanan jual dan akhirnya melemah.

Sulit mencari pembenaran lain karena sentimen-sentimen yang beredar semuanya positif. Dari dalam negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan investasi tumbuh 18,4% year-on-year (YoY) pada kuartal III-2019. Sementara investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) tumbuh 17,8%, tertinggi sejak kuartal IV-2015.

Pencapaian ini jauh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pada periode April-Juni 2019, investasi tumbuh 13,7% dan FDI naik 9,6%.


Sementara dari sisi eksternal, setidaknya ada dua sentimen positif. Pertama, dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.

Setelah pengumuman suku bunga acuan, dolar AS langsung nyungsep dan masih terjadi sampai saat ini. Pada pukul 16:22 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,39%.

Penurunan suku bunga acuan memang berdampak negatif terhadap dolar AS. Sebab imbalan investasi dalam instrumen berbasis mata uang ini (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga acuan. Dolar AS jadi kurang seksi.


Kedua, investor juga lega karena kesepakatan damai dagang AS-China kemungkinan tetap ditandatangani bulan depan meski KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile batal. Situasi Chile yang tidak kondusif karena gelombang aksi massa membuat acara tersebut sulit dilaksanakan.

Padahal KTT APEC awalnya akan menjadi panggung bagi AS-China untuk menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Situasi di Chile sempat membuat pasar bertanya-tanya, apakah kesepakatan damai dagang bisa terwujud?


Sekarang pertanyaan itu sudah terjawab. Gedung Putih menegaskan kesepakatan dagang dengan China tetap akan terjadi, tempat urusan belakangan.

"Kami sedang mencoba untuk melakukan finalisasi kesepakatan dagang fase I dengan China yang bersejarah dalam jangka waktu sesuai jadwal," sebut pernyataan tertulis Gedung Putih.

Penurunan Federal Funds Rate dan terjaganya aura damai dagang AS-China mampu menopang penguatan mayoritas mata uang utama Asia. Namun sayang sekali, rupiah tidak mampu memanfaatkannya.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:24 WIB:



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular