Mengecewakan! Rupiah Mirip Arsenal dan Tottenham

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 October 2019 16:45
Mengecewakan! Rupiah Mirip Arsenal dan Tottenham
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengecewakan. Kata itu sepertinya cocok untuk menggambarkan kinerja rupiah hari ini.

Pada Kamis (31/10/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.032 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Padahal rupiah nyaris seharian menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan kala pembukaan pasar, dolar AS berhasil dipaksa lengser ke bawah Rp 14.000 karena rupiah menguat 0,23%.

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah memang menipis dan dolar AS kembali ke kisaran Rp 14.000. Namun jelang penutupan pasar, pertahanan rupiah jebol. Dolar AS mampu merangsek dan balik mendorong rupiah ke zona merah.

Di dunia sepakbola, terutama di Inggris, situasi seperti ini disebut bottled. Membuang keunggulan dan akhirnya malah kalah. Kondisi semacam ini lumayan sering dialami oleh Arsenal dan Tottenham Hotspur.

Terbaru, keduanya membuang keunggulan kala berhadapan dengan Liverpool. Dini hari tadi waktu Indonesia, Arsenal dua kali unggul dengan selisih dua gol dalam pertandingan Piala Carabao di Anfield. Namun Si Merah berhasil menyamakan kedudukan dan menang melalui adu penalti.

Sementara Spurs unggul 0-1 selama lebih dari 60 menit dalam pertandingan Liga Primer Inggris akhir pekan lalu. Hasil akhirnya, Liverpool menang 2-1.

Situasi ini dialami oleh rupiah, menguat nyaris seharian tetapi akhirnya harus menerima kenyataan finis di zona merah. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:




Sepertinya rupiah terseret ke jalur merah karena faktor musiman. Kebutuhan valas korporasi memang sedang tinggi saat akhir bulan karena ada kewajiban pembayaran utang, impor, dan sebagainya. Rupiah pun mengalami tekanan jual dan akhirnya melemah.

Sulit mencari pembenaran lain karena sentimen-sentimen yang beredar semuanya positif. Dari dalam negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan investasi tumbuh 18,4% year-on-year (YoY) pada kuartal III-2019. Sementara investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) tumbuh 17,8%, tertinggi sejak kuartal IV-2015.

Pencapaian ini jauh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pada periode April-Juni 2019, investasi tumbuh 13,7% dan FDI naik 9,6%.


Sementara dari sisi eksternal, setidaknya ada dua sentimen positif. Pertama, dini hari tadi waktu Indonesia, bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.

Setelah pengumuman suku bunga acuan, dolar AS langsung nyungsep dan masih terjadi sampai saat ini. Pada pukul 16:22 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,39%.

Penurunan suku bunga acuan memang berdampak negatif terhadap dolar AS. Sebab imbalan investasi dalam instrumen berbasis mata uang ini (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut turun seiring penurunan suku bunga acuan. Dolar AS jadi kurang seksi.


Kedua, investor juga lega karena kesepakatan damai dagang AS-China kemungkinan tetap ditandatangani bulan depan meski KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile batal. Situasi Chile yang tidak kondusif karena gelombang aksi massa membuat acara tersebut sulit dilaksanakan.

Padahal KTT APEC awalnya akan menjadi panggung bagi AS-China untuk menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Situasi di Chile sempat membuat pasar bertanya-tanya, apakah kesepakatan damai dagang bisa terwujud?


Sekarang pertanyaan itu sudah terjawab. Gedung Putih menegaskan kesepakatan dagang dengan China tetap akan terjadi, tempat urusan belakangan.

"Kami sedang mencoba untuk melakukan finalisasi kesepakatan dagang fase I dengan China yang bersejarah dalam jangka waktu sesuai jadwal," sebut pernyataan tertulis Gedung Putih.

Penurunan Federal Funds Rate dan terjaganya aura damai dagang AS-China mampu menopang penguatan mayoritas mata uang utama Asia. Namun sayang sekali, rupiah tidak mampu memanfaatkannya.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:24 WIB:




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular