Investor Gundah Gulana, Rupiah Stagnan Saja

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 October 2019 16:22
Faktor Domestik Bikin Rupiah Galau
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dari dalam negeri, sepertinya investor mulai mengambil untung dari rupiah. Maklum, dalam sebulan terakhir rupiah sudah menguat lumayan tajam yaitu 1,16%. Cuan yang lumayan tinggi ini tentu menarik untuk dicairkan.

Selain itu, dalam waktu dekat juga akan ada rilis data penting di dalam negeri. Akhir pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Oktober.

Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulan ini sebesar 3,27% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan September yaitu 3,39%.

Kemudian pekan depan akan ada rilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Dengan sudah berlalunya momentum pendongkrak konsumsi yaitu Ramadan-Idul Fitri, sulit untuk berharap pertumbuhan ekonomi bakal lebih ketimbang kuartal II-2019. Bahkan bisa saja ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5%.


Penantian terhadap data-data tersebut, plus aksi profit taking, menjadi beban bagi langkah rupiah. Jadi wajar pergerakan rupiah begitu galau, karena pelaku pasar memang wait and see.

Rupiah pun gagal mengambil momentum sentimen positif damai dagang AS-China. Ya, selepas perundingan di Washington beberapa waktu lalu, hubungan keduanya memang kian mesra.

Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kesepakatan damai dagang fase I bisa selesai lebih cepat dari perkiraan. Awalnya, kesepakatan tersebut direncanakan rampung pada pertengahan November, bersamaan dengan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Chile.

"Kami melihat ada kemungkinan (kesepakatan damai dagang fase I) lebih cepat dari jadwal. Akan ada sebuah kesepakatan yang sangat besar, tetapi kami menyebutnya fase I," ungkap Trump kepada wartawan sebelum kunjungan kerja ke Chicago, seperti diberitakan Reuters.

Menurut Trump, kesepakatan fase I tersebut akan sangat menguntungkan para petani AS. Tidak hanya itu, kebutuhan perbankan juga diperhatikan. "Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.


Damai dagang AS-China memang sangat didamba. Bukan apa-apa, sudah terbukti perekonomian dunia melambat (bahkan terancam resesi) gara-gara perang dagang AS-China yang merusak rantai pasok global.

Ketika AS-China tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan investasi akan bersemi kembali. Pertumbuhan ekonomi dunia pun bakal lebih baik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular