- Pasar keuangan Indonesia bergairah sepanjang perdagangan pekan kemarin. Baik Indeks Harga Gabungan (IHSG) nilai tukar rupiah, hingga harga obligasi semuanya bergerak ke utara, alias mencatatkan penguatan.
Bursa saham acuan Tanah Air tercatat menguat 10 hari beruntun, sebelumnya akhirnya finis di zona merah pada penutupan perdagangan Jumat (25/10/2019), di mana pada pekan lalu total kenaikan yang dibukukan IHSG mencapai 0,98% ke level 6.252,35 indeks poin.
Wall Street Bergeliat Karena Kinerja Emiten & The FedBeralih ke Wall Street, sama halnya dengan IHSG, tiga indeks utama di Amerika Serikat (AS) juga membukukan kenaikan yang cukup signifikan sepanjang perdagangan pekan kemarin.
Indeks Nasdaq mencatatkan penguatan paling tinggi dengan melesat 1,9% ke level 8.243,12 indeks poin. Lalu indeks S&P 500 berhasil menguat 1,22% menjadi 3.022,55 indeks poin dan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,7% menjadi 26.958,06 indeks poin.
Rilis kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di AS memantik aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam. Untuk periode kuartal III-2019, Microsoft melaporkan pendapatan senilai US$ 33,06 miliar, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh
Refinitiv yang senilai US$ 32,23 miliar. Laba per saham diumumkan di level US$ 1,38, juga di atas konsensus yang senilai US$ 1,25. Harga saham perusahaan ditutup melesat 2%.
Sementara itu, Tesla secara mengejutkan mengumumkan adanya laba untuk periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perusahaan pembuat mobil listrik besutan Elon Musk tersebut berhasil membukukan laba per saham senilai US$ 1,86. Padahal, konsensus memperkirakan adanya kerugian senilai US$ 42 sen per saham.
Berdasarkan data yang dihimpun
FactSet, setidaknya sebanyak lebih dari 38% perusahaan yang tercatat di indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan kuartal ketiga 2019, di mana sekitar 78% berhasil mencatatkan performa keuangan di atas ekspektasi pasar. Pekan kemarin merupakan salah satu pekan sibuk karena lebih dari 120 emiten merilis kinerjanya, dilansir
CNBC International.Di lain pihak, imbal hasil yang dicatatkan Wall Street juga didorong oleh sentimen ekspektasi pelaku pasar bahwa tingkat suku bunga acuan AS (
federal funds rate) sekali lagi berpotensi mendekati angka nol untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2008 silam.
Melansir situs CME Fedwatch, pasar sudah bertaruh bahwa 93,5% Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) akan kembali memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin ke kisaran 1,5%-1,75% pada pertemuan akhir Oktober mendatang. Padahal, di akhir September peluang tersebut hanya sebesar 64,1%.
Kepala Kredit Global di Brandywine Global, Gary Herbert, menyampaikan bahwa The Fed akan berupaya untuk mempertajam penguatan kurva imbal hasil dengan terus memotong tingkat suku bunga acuan melebihi ekspektasi pasar.
“Ada peluang lebih besar terjadiya resesi daripada perkiraaan kita sebelumnya di awal tahun ini, dan The Fed mungkin perlu secara signifikan kembali menerapkan kebijakan moneter yang tidak lazim seperti
quantitative easing,” ujar Herbert, dikutip dari
Reuters. (BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari IniUntuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen.
Pertama tentu dinamika di Wall Street yang positif. Diharapkan optimisme di sana bisa menular sampai ke Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Pasar menaruh harapan besar bahwa rilis kinerja keuangan perusahaan raksasan lainnya, seperti Alphabet Inc (induk Google), T-Mobile, AT&T dan Spotify juga akan mampu mengalahkan hasil konsensus yang dihimpun oleh para analis.
Sentimen
kedua adalah terkait perkembangan friksi dagang dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yakni AS dan China.
Pada Jumat (25/10/2019) pekan lalu kantor Perwakilan Dagang AS menyampaikan bahwa kedua belah pihak membuat kemajuan dalam diskusi dagang dan hampir menyelesaikan teks perjanjian dari kesepakatan fase pertama, dilansir dari
Reuters.“Mereka (perwakilan dagang AS dan China) membuat kemajuan pada isu-isu spesifik dan kedua belah pihak hampir menyelesaikan beberapa bagian dari perjanjian,” tulis pernyataan dari Kantor Perwakilan Dagang AS.
“Diskusi akan berlangsug terus-menerus di tingkat deputi dan akan ada panggilan (diskusi) lainnya dalam waktu dekat,” tambah pernyataan tersebut.
Di hari yang sama, Presiden AS Donald Trump juga menyampaikan nada positif terkait perkembangan dialog dagang dengan Negeri Tiongkok.
“Kami bergerak degan baik. Kami sedang bernegosiasi dengan mereka sekarang,” ujar Trump.
“Dan banyak hal baik terjadi dengan China. Mereka sangat ingin membuat kesepakatan,” tambah Trump.
Sentimen
ketiga adalah pergerakan indeks dolar yang berpotensi melemah setelah mencatatkan 4 kali penguatan sepanjang pekan kemarin dengan total kenaikan 0,56% ke level 97,83. Untuk diketahui indeks dolar mencerminkan posisi
greenback di hadapan enam mata uang utama dunia.
Peluang pelemahan greenback diharapkan mampu memberikan ruang gerak yang lebih bagi rupiah untuk menawarkan keuntungan pada pelaku pelaku pasar global.
Meskipun demikian, pelaku pasar harap waspada pada sentimen keempat yakni potensi ambil untung (
profit taking) yang kemungkinan masih akan membayangi IHSG.
Pasalnya, sebelum ditutup terkoreksi 1,38% pada Jumat pekan kemarin, bursa saham acuan Ibu Pertiwi telah menguat 10 hari beruntun dengan total kenaikan mencapai 5,15%.
Akan tetapi, IHSG masih dapat punya peluang menguat seiring dengan adanya sentimen global yang positif dari optimisme pemangkasan suku bunga The Fed dan perkembangan hubungan dagang AS-China.
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT) Simak Agenda dan Data Berikut IniBerikut adalah rilis data ekonomi yang akan terjadi hari ini:
• Indeks harga produsen sektor jasa bulan September, Jepang (06:50 WIB)
• Jumlah investasi asing kuartal III-2019, Indonesia (13:00 WIB)
• Harga impor bulan September, Denmark (14:00 WIB)
• Jumlah pertumbuhan utang bulan September, Uni Eropa (16:00 WIB)
• Jumlah uang beredar (M3) bulan September, Uni Eropa (16:00 WIB)
• Pembacaan awal neraca perdagangan barang bulan September, AS (19:30 WIB)
• Indeks manufaktur The Fed Dallas bulan Oktober, AS (21:30 WIB)
Berikut adalah agenda aksi korporasi perusahaan public yang akan terjadi hari ini:
• Rilis kinerja keuangan interim kuartal III-2019 PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
• Rilis kinerja keuangan interim kuartal III-2019 PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Q2-2019 YoY) | 5,05% |
Inflasi (September 2019 YoY) | 3,39% |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Oktober 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (Q2-2019) | -3,04% PDB |
Neraca pembayaran (Q2-2019) | -US$ 1,98 miliar |
Cadangan devisa (September2019) | US$ 124,3 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA