Masih Ada Hawa Positif dari BI, Rupiah "Happy Weekend"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 October 2019 17:17
Masih Ada Hawa Positif dari BI, Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Meski gagal mencapai level psikologis Rp 14.000/US$, kurs rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih berhasil mencatat penguatan pada perdagangan Jumat (25/10/19).

Rupiah mengawali perdagangan dengan menguat 0,1% di level Rp 14.040/US$. Tetapi setelahnya rupiah terus menipiskan penguatan hingga masuk ke zona merah, hingga berbalik melemah 0,1% ke Rp 14.068/US$.





Titik tersebut sekaligus menjadi yang terlemah bagi rupiah pada perdagangan hari ini. Selepas itu mata uang Garuda kembali bangkit. Sebelum tengah hari, rupiah sudah berada di zona hijau lagi. Penguatan semakin terakselerasi jelang perdagangan hari ini berakhir.

Rupiah pada akhirnya berhasil membukukan penguatan 0,17% di level Rp 14.030/US$. Ini berarti sepanjang pekan ini rupiah hanya melemah sekali, pada Kamis kemarin.

Penguatan hari ini semakin menggembirakan setelah rupiah berhasil menduduki posisi runner up. Hingga pukul 14:10 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik dengan menguat 0,23%. Rupiah diposisi kedua bersama baht Thailand yang juga menguat 0,17%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.




BERLANJUT KE HALAMAN 2: Hawa Positif Dari Dalam Negeri, Rupiah Perkasa Lagi


Pergerakan rupiah pada hari ini masih dipengaruhi euforia Kabinet Indonesia Maju yang sudah resmi dilantik pada Rabu (23/10/19) lalu. Sementara pada hari ini, ada 12 orang yang didapuk sebagai wakil menteri yang akan membantu tugas para menteri melaksanakan visi misi Jokowi.

Selain itu, keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate turut memberikan sentimen positif bagi rupiah. 

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).

"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.



Dengan demikian BI sudah memangkas suku bunga dalam empat bulan beruntun, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Pemangkasan tersebut diharapkan mampu membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terakselerasi. 

Di sisi lain, hubungan AS dengan China terlihat kembali merenggang, yang memberikan sentimen negatif ke pasar finansial global termasuk ke rupiah. 
Mengutip Bloomberg yang mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang mengetahui masalah tersebut, China berniat untuk meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS senilai US$ 20 miliar dalam waktu satu tahun jika kesepakatan dagang tahap satu dengan AS bisa diteken.

Hal ini jelas berpotensi menimbulkan masalah baru. Pasalnya, AS menyebut bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan memasukkan komitmen dari Beijing untuk menambah pembelian produk agrikultur asal AS senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar per tahun, bukan US$ 20 miliar seperti yang saat ini diberitakan.

Sementara itu Kamis malam Departemen Perdagangan AS melaporkan pada pesanan barang tahan lama AS turun 1,1% di bulan September secara month-on-month (MoM). Sementara, pesanan barang tahan lama inti (tak memasukkan sektor transportasi) turun 0,3% MoM. Penurunan tersebut lebih buruk dari prediksi Forex Factory masing-masing pada 0,5% dan 0,2%.



Buruknya data tersebut memberikan gambaran ekonomi AS yang sedang melambat, dan peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga di akhir bulan ini semakin menguat. Dolar menjadi tertekan, dan rupiah memiliki peluang menguat lagi.

Berdasarkan data dari piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 93,5% bank sentral AS The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).

Akibat besarnya peluang suku bunga dipangkas lagi, dolar menjadi tertekan, dan rupiah berhasil mencatat penguatan dan happy weekend. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular