
Draghi, "Sang Penyelamat" Zona Euro Pamit Saat PMI Memburuk
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 October 2019 21:08

Bank sentral Eropa (ECB) mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini. Tidak ada perubahan kebijakan setelah pada bulan lalu memangkas suku bunga dan mengaktifkan kembali program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).
ECB memutuskan mempertahankan suku bunga deposito (deposit facility) sebesar -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Rapat kebijakan moneter hari ini sekaligus menjadi yang terakhir bagi sang Presiden, Mario Draghi. Pria asal Italia ini mengakhiri masa jabatannya selama delapan tahun, dan akan digantikan oleh mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Christine Lagarde, pada 1 November nanti.
Draghi menjadi Presiden ECB saat Eropa mengalami krisis utang pada tahun 2011. Pada tahun 2012, pasar obligasi mengalami kepanikan akibat kemungkinan default yang pada akhirnya membuat zona euro pecah. Akibatnya para investor menjadi khawatir akan untuk membeli obligasi negara-negara Eropa.
Melansir CNBC International, Draghi yang belum satu tahun menjabat Presiden ECB mengatakan "dengan mandat kami, ECB siap melakukan apapun untuk menjaga euro. Dan percayalah, itu akan cukup."
Analis TS Lombard, Constantine Fraser, melalui email kepada CNBC International mengatakan komitmen Draghi untuk "melakukan apapun" menjadi titik balik, meski ia tidak memiliki opsi kebijakan moneter yang cukup untuk mendukung perkataanya. Menurut dia, jika Draghi tidak piawai berpolitik, maka Uni Eropa saat ini mungkin bakal berbeda situasinya.
"Sulit untuk tak mengakui pentingnya masa jabatan Draghi selama ini, bahkan ketika anda skeptis terhadap kemampuannya dalam membentuk peristiwa sejarah. Dia tidak hanya memainkan peran paling penting - yang pada dasarnya - menyelamatkan zona euro. Sejak musim gugur 2011, Draghi secara de facto menulis ulang mandat ECB," tutup Fraser.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
ECB memutuskan mempertahankan suku bunga deposito (deposit facility) sebesar -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Rapat kebijakan moneter hari ini sekaligus menjadi yang terakhir bagi sang Presiden, Mario Draghi. Pria asal Italia ini mengakhiri masa jabatannya selama delapan tahun, dan akan digantikan oleh mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Christine Lagarde, pada 1 November nanti.
Draghi menjadi Presiden ECB saat Eropa mengalami krisis utang pada tahun 2011. Pada tahun 2012, pasar obligasi mengalami kepanikan akibat kemungkinan default yang pada akhirnya membuat zona euro pecah. Akibatnya para investor menjadi khawatir akan untuk membeli obligasi negara-negara Eropa.
Melansir CNBC International, Draghi yang belum satu tahun menjabat Presiden ECB mengatakan "dengan mandat kami, ECB siap melakukan apapun untuk menjaga euro. Dan percayalah, itu akan cukup."
Analis TS Lombard, Constantine Fraser, melalui email kepada CNBC International mengatakan komitmen Draghi untuk "melakukan apapun" menjadi titik balik, meski ia tidak memiliki opsi kebijakan moneter yang cukup untuk mendukung perkataanya. Menurut dia, jika Draghi tidak piawai berpolitik, maka Uni Eropa saat ini mungkin bakal berbeda situasinya.
"Sulit untuk tak mengakui pentingnya masa jabatan Draghi selama ini, bahkan ketika anda skeptis terhadap kemampuannya dalam membentuk peristiwa sejarah. Dia tidak hanya memainkan peran paling penting - yang pada dasarnya - menyelamatkan zona euro. Sejak musim gugur 2011, Draghi secara de facto menulis ulang mandat ECB," tutup Fraser.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Most Popular