
Mantap! Harga CPO Cetak Rekor Tertinggi Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 October 2019 11:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) masih melanjutkan tren bullish-nya sejak 14 Oktober 2019 di tengah ketegangan yang terjadi antara India dan Malaysia.
Pukul 10.23 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2020 berada di level 2.343 ringgit/ton atau naik 0,9% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin yang menyentuh level 2.322 ringgit/ton.
Sejak 14 Oktober 2019, harga CPO telah naik 7,65% hingga penutupan perdagangan kemarin. Harga saat ini merupakan harga tertinggi di tahun ini, mengungguli rekor sebelumnya yang berada di level 2.327 ringgit/ton pada 28 Januari lalu.
Harga CPO terus melambung di tengah ketegangan yang terjadi antara India dengan Negeri Jiran. Perlu diketahui, ketegangan yang terjadi antara kedua belah pihak terjadi setelah pernyataan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang mengkritik sikap India terhadap konflik yang terjadi di Kashmir.
Setelah kritik yang dilayangkan ke pemerintahan India tersebut pada majelis umum PBB, beredar kabar bahwa India berencana membatasi impor minyak sawit dari Malaysia.
Bahkan asosiasi industri minyak sawit India (SEAI) telah mewanti-wanti anggotanya untuk tidak membeli minyak sawit dari Malaysia hingga ada keputusan resmi pemerintah.
Kemarin, pihak Malaysia mencoba menghubungi pemerintah India dan negara lain untuk tetap membeli minyak sawit dari Malaysia.
"Kami terus menerus meyakinkan tidak hanya India tetapi juga negara-negara lain untuk membeli minyak sawit dari Malaysia" kata Darell Leiking selaku menteri perdagangan internasional dan industri Malaysia.
Selain upaya diplomatis dari pihak Malaysia, The Tamil Nadu Congress Committee (TNCC) menyarankan Perdana Menteri India, Narendra Modi untuk tidak mengurangi impor minyak sawit Malaysia karena dinilai akan memberatkan India.
TNCC menyarankan demikian karena adanya kekhawatiran bahwa hal ini akan berdampak pada pekerja India yang jumlahnya banyak dan mereka mengirimkan hampir 90% pendapatan mereka ke Malaysia.
Sejauh ini Malaysia telah mengekspor minyak sawit ke India senilai US$ 1,65 miliar. Sementara itu, India merupakan konsumen minyak nabati terbesar di dunia. Dengan jumlah populasi yang terus tumbuh dan daya beli yang terus meningkat.
Mengutip Reuters, setiap tahunnya kebutuhan minyak nabati India bertambah 3-3,5% untuk memenuhi bertambahnya populasi India yang mencapai 25 juta orang. Diprediksi hingga tahun 2025 India akan mengimpor sekitar 20 juta ton minyak sawit.
Sampai sejauh ini belum ada kabar resmi dari India. Namun upaya pemerintah Malaysia, saran TNCC serta kebutuhan minyak sawit India yang akan terus tumbuh cukup memberikan sentimen positif harga CPO.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga CPO Naik Sampai 1%, Kok Bisa?
Pukul 10.23 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2020 berada di level 2.343 ringgit/ton atau naik 0,9% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin yang menyentuh level 2.322 ringgit/ton.
Sejak 14 Oktober 2019, harga CPO telah naik 7,65% hingga penutupan perdagangan kemarin. Harga saat ini merupakan harga tertinggi di tahun ini, mengungguli rekor sebelumnya yang berada di level 2.327 ringgit/ton pada 28 Januari lalu.
Harga CPO terus melambung di tengah ketegangan yang terjadi antara India dengan Negeri Jiran. Perlu diketahui, ketegangan yang terjadi antara kedua belah pihak terjadi setelah pernyataan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang mengkritik sikap India terhadap konflik yang terjadi di Kashmir.
Setelah kritik yang dilayangkan ke pemerintahan India tersebut pada majelis umum PBB, beredar kabar bahwa India berencana membatasi impor minyak sawit dari Malaysia.
Bahkan asosiasi industri minyak sawit India (SEAI) telah mewanti-wanti anggotanya untuk tidak membeli minyak sawit dari Malaysia hingga ada keputusan resmi pemerintah.
Kemarin, pihak Malaysia mencoba menghubungi pemerintah India dan negara lain untuk tetap membeli minyak sawit dari Malaysia.
"Kami terus menerus meyakinkan tidak hanya India tetapi juga negara-negara lain untuk membeli minyak sawit dari Malaysia" kata Darell Leiking selaku menteri perdagangan internasional dan industri Malaysia.
Selain upaya diplomatis dari pihak Malaysia, The Tamil Nadu Congress Committee (TNCC) menyarankan Perdana Menteri India, Narendra Modi untuk tidak mengurangi impor minyak sawit Malaysia karena dinilai akan memberatkan India.
TNCC menyarankan demikian karena adanya kekhawatiran bahwa hal ini akan berdampak pada pekerja India yang jumlahnya banyak dan mereka mengirimkan hampir 90% pendapatan mereka ke Malaysia.
Sejauh ini Malaysia telah mengekspor minyak sawit ke India senilai US$ 1,65 miliar. Sementara itu, India merupakan konsumen minyak nabati terbesar di dunia. Dengan jumlah populasi yang terus tumbuh dan daya beli yang terus meningkat.
Mengutip Reuters, setiap tahunnya kebutuhan minyak nabati India bertambah 3-3,5% untuk memenuhi bertambahnya populasi India yang mencapai 25 juta orang. Diprediksi hingga tahun 2025 India akan mengimpor sekitar 20 juta ton minyak sawit.
Sampai sejauh ini belum ada kabar resmi dari India. Namun upaya pemerintah Malaysia, saran TNCC serta kebutuhan minyak sawit India yang akan terus tumbuh cukup memberikan sentimen positif harga CPO.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga CPO Naik Sampai 1%, Kok Bisa?
Most Popular