
Ekonomi China Melambat, Reli 6 Hari Harga SUN Berlanjut
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
18 October 2019 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan positif damai dagang Amerika Serikat (AS)-China sejak Kamis kemarin masih mendorong kenaikan harga surat utang rupiah pemerintah hingga siang ini, Jumat (18/10/2019).
Penguatan itu sekaligus memperpanjang reli kenaikan harga hingga mencapai 6 hari. Tren penguatan terbentuk dari naiknya harga sejak akhir pekan lalu.
Sentimen positif pasar surat utang negara (SUN) juga berasal dari meningkatnya probabilitas penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berdasarkan ekspektasi pelaku pasar. Ekspektasi itu terlihat dari survey CME Fedwatch yang menunjukkan suara pelaku pasar yang memprediksi suku bunga Fed Rate akan turun 25 basis poin (bps).
Selain itu, mulai memudarnya inversi tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pada dua pasang seri acuan juga menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi global. Faktor lain adalah soft Brexit yang menjadi tumpuan harapan pelaku pasar Eropa.
Serentetan sentimen positif itu masih dominan meskipun tadi siang ada data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 China yang hanya 6% dan menjadi level terendah dalam 27 tahun terakhir yang menjadi katalis negatif di pasar.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, dan FR0068 bertenor 15 tahjn dengan penurunan yield masing-masing 1 basis poin (bps) menjadi 6,62%, 7,13%, dan 7,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN
Penguatan itu sekaligus memperpanjang reli kenaikan harga hingga mencapai 6 hari. Tren penguatan terbentuk dari naiknya harga sejak akhir pekan lalu.
Sentimen positif pasar surat utang negara (SUN) juga berasal dari meningkatnya probabilitas penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berdasarkan ekspektasi pelaku pasar. Ekspektasi itu terlihat dari survey CME Fedwatch yang menunjukkan suara pelaku pasar yang memprediksi suku bunga Fed Rate akan turun 25 basis poin (bps).
Selain itu, mulai memudarnya inversi tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pada dua pasang seri acuan juga menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap ancaman resesi global. Faktor lain adalah soft Brexit yang menjadi tumpuan harapan pelaku pasar Eropa.
Serentetan sentimen positif itu masih dominan meskipun tadi siang ada data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 China yang hanya 6% dan menjadi level terendah dalam 27 tahun terakhir yang menjadi katalis negatif di pasar.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, dan FR0068 bertenor 15 tahjn dengan penurunan yield masing-masing 1 basis poin (bps) menjadi 6,62%, 7,13%, dan 7,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN
Most Popular