Harga Emas Naik-Turun Bak Orang Labil, Tanda Apa Ini?

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
17 October 2019 09:16
Harga Emas Naik-Turun Bak Orang Labil, Tanda Apa Ini?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot pagi ini melemah tipis. Ada beberapa sentimen yang membuat investor masih wait and see sehingga harga emas malas gerak.

Harga komoditas logam mulia diperdagangkan di level US$ 1.488,2/ troy ons pada 08.43 WIB pagi ini. Harga emas melemah 0,07% dibandingkan perdagangan kemarin (16/10/2019)



Investor masih wait and see terutama pada dua sentimen utama yang menggerakkan harga emas yaitu perang dagang Amerika Serikat (AS) -China serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE).

Sejak pertemuan AS dan China di Washington pada Jumat pekan lalu, ketegangan yang selama ini terjadi mulai melunak. Masih ada harapan kembali pulihnya ekonomi global saat AS-China membawa kemesraan ke meja diplomasi.

Belum banyak memang yang dapat diceritakan selain penundaan tarif oleh AS dan pembelian produk agrikultur oleh China.

Kesepakatan dagang parsial itu pun banyak menimbulkan spekulasi di sana-sini. Namun keduanya masih terlihat berupaya untuk segera mengakhiri semua ini.



Melansir dari Reuters, pada Rabu kemarin (16/10/2019), presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa dirinya tidak akan menandatangani kesepakatan dagang sebelum bertemu langsung dengan presiden China, Xi Jinping di forum Asia Pasific Economic Cooperation (APEC).



Forum tersebut dijadwalkan berlangsung pada 11-17 November mendatang di Santiago, Chile dan akan dihadiri oleh Trump, Xi serta kepala negara Asia Pasifik lain.

Trump juga menyampaikan kepada media di Gedung Putih bahwa partial trade deal kedua belah pihak yang diumumkan pekan lalu sedang dalam proses perumusan.

"Sedang dipersiapkan" kata Trump.



Belum lama ini juga ada kabar yang berpotensi bikin gaduh lagi yang bisa-bisa membuat kemesraan keduanya memudar.

Pada Selasa kemarin (15/10/2019), House of Representatives/DPR AS meloloskan peraturan yang akan mengakhiri status perdagangan Hong Kong dengan AS kecuali Departemen Dalam Negeri AS memberikan putusan bahwa tidak ada pelanggaran HAM dalam kasus demonstrasi Hong Kong. Sontak hal tersebut direspon China dengan nada mengancam.

Tentu hal tersebut membuat investor menjadi was-was kalau drama perang dagang ini masih akan berlanjut dan kembali menekan pertumbuhan ekonomi global.


BERLANJUT KE HALAMAN 2 >>
Tak dapat dipungkiri bahwa perang dagang yang terjadi lebih dari setahun ini membuat ekonomi AS, China dan global jadi kena dampaknya, alias tumbuh melambat. Kemarin, data penjualan ritel AS dirilis.

Hasilnya, penjualan ritel secara mengejutkan turun 0,3% pada September yang menandai koreksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Pemangkasan belanja kendaraan bermotor dan belanja online ikut menekan penjualan ritel AS.

Kemudian kabar bagus lain datang dari perundingan Brexit. Kesepakatan Brexit dikabarkan bisa tercapai di pekan ini. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.



"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.



Namun di tengah kabar baik tersebut terselip kabar buruk, hasil perundingan tersebut masih belum pasti. Seandainya di pekan ini tidak ada kesepakatan, potensi terjadinya hard Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, akan meningkat.



PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.

Karena dua sentimen tersebut pantas saja kalau harga emas masih ragu-ragu bergerak sejak kemarin.




(TIM RISET CNBC INDONESIA)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular