
Dolar AS Sedang Kuat, Harga Emas Tak Bisa Naik Banyak
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 October 2019 09:48

Dolar AS mendapat suntikan adrenalin karena berkurangnya probabilitas penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate pada bulan ini adalah 77,5%. Meski masih tinggi, tetapi turun dibandingkan posisi sepekan lalu yaitu 83,4%.
Investor menilai masih ada peluang bagi The Federal Reserve/The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2%. Maklum, data-data ekonomi Negeri Paman Sam ternyata lumayan bagus.
Pembacaan awal indeks sentimen konsumen versi University of Michigan menunjukkan angka 96 untuk periode Oktober. Naik ketimbang September yang sebesar 93,2 dan menjadi yang tertinggi sejak Juli.
Kemudian pada pekan yang berakhir 5 Oktober, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 10.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 210.000. Klaim tunjangan pengangguran berada di titik terendah sejak pertengahan September.
Konsumen yang optimistis menghadapi tantangan perekonomian ke depan menjadi indikasi bahwa inflasi bakal terakselerasi. Di sisi lain, pasar tenaga kerja juga masih kuat.
Dua faktor itu bisa menjadi alasan bagi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk tidak menurunkan suku bunga. Kalau ekonomi AS masih kuat, buat apa diberi stimulus tambahan?
Perkembangan ini menjadi angin segar bagi mata uang Negeri Adidaya. Kala suku bunga masih mungkin tidak turun, maka berinvestasi di dolar AS akan tetap menarik. Akibatnya permintaan dolar AS meningkat dan nilai tukarnya menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Investor menilai masih ada peluang bagi The Federal Reserve/The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2%. Maklum, data-data ekonomi Negeri Paman Sam ternyata lumayan bagus.
Pembacaan awal indeks sentimen konsumen versi University of Michigan menunjukkan angka 96 untuk periode Oktober. Naik ketimbang September yang sebesar 93,2 dan menjadi yang tertinggi sejak Juli.
Konsumen yang optimistis menghadapi tantangan perekonomian ke depan menjadi indikasi bahwa inflasi bakal terakselerasi. Di sisi lain, pasar tenaga kerja juga masih kuat.
Dua faktor itu bisa menjadi alasan bagi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk tidak menurunkan suku bunga. Kalau ekonomi AS masih kuat, buat apa diberi stimulus tambahan?
Perkembangan ini menjadi angin segar bagi mata uang Negeri Adidaya. Kala suku bunga masih mungkin tidak turun, maka berinvestasi di dolar AS akan tetap menarik. Akibatnya permintaan dolar AS meningkat dan nilai tukarnya menguat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular