Internasional

Dasar Babi Bikin Pening, Inflasi China Jadi Tinggi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 October 2019 12:34
Harga daging babi di China telah melonjak 69,3% dalam setahun, hingga September 2019
Foto: REUTERS/Dominique Patton
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga daging babi di China telah melonjak 69,3% dalam setahun, hingga September 2019. Kenaikan harga terjadi akibat kelangkaan daging setelah babi di negara itu terjangkit wabah demam babi Afrika (ASF).

Kenaikan harga ini mendorong harga pangan di China naik sebesar 11,2% pada bulan September, meningkat dari kenaikan 10% pada Agustus.


Sebelumnya pada bulan Agustus, kenaikan harga hanya mencapai 46,7%, menurut data dari Biro Statistik Nasional China.

Kenaikan harga daging babi telah menjadi pendorong utama dalam keseluruhan kenaikan harga konsumen China. Pada bulan September, indeks harga konsumen (IHK) negara itu meningkat 3% secara year-on-year pada bulan September.

IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara. IHK bulan September merupakan level tertinggi dalam hampir enam tahun, menurut Reuters.

Sementara itu, harga pabrik (factory price), yang diukur dengan indeks harga produsen, turun 1,2%. Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memproyeksikan harga konsumen di China naik 2,9% pada bulan September dan harga produsen turun 1,2%.


China adalah produsen dan konsumen utama daging babi dunia.

Mengutip CNBC International, akibat kelangkaan daging babi, pihak berwenang China bahkan telah menjadikan peningkatan pasokan daging babi di negara itu sebagai "tugas politik utama". Demikian seperti dilaporkan Financial Times pada bulan lalu.

Pemerintah China juga telah merespons dengan melahirkan berbagai langkah seperti mengkonsolidasikan peternakan babi dan memasarkan daging babi dari cadangan strategisnya, kata para analis dari konsultan Capital Economics.

"Tapi belum ada tanda bahwa langkah-langkah ini efektif: babi terus mati dalam jumlah besar dan inflasi harga daging babi semakin tinggi," tulis para analis dalam sebuah laporan pekan lalu.

China telah dilanda ASF sejak lebih dari setahun yang lalu. Sebanyak setengah dari populasi babi di negara itu diperkirakan telah mati akibat wabah demam babi yang berkepanjangan. Analis di bank Belanda Rabobank pada bulan Juli memperkirakan kawanan babi China akan berkurang separuhnya pada akhir tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Gara-gara Babi, Inflasi China Meroket & Tertinggi Sejak 2012

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular