
Internasional
Babi Bikin Inflasi China Tertinggi dalam 8 Tahun
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
10 February 2020 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi China pada Januari 2020 melonjak tinggi. Bahkan catatan dari otoritas setempat menunjukkan inflasi jauh mengalahkan prediksi para analis.
Biro Statistik Nasional mengumumkan inflasi naik menjadi 5,4%, dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%. Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Oktober 2011.
Harga makanan naik 20,6% yoy pada Januari -terbesar sejak April 2008- mengikuti kenaikan 17,4% pada Desember. Di mana harga daging babi naik 11 bulan berturut-turut.
Harga babi meroket 116%. Flu babi Afrika yang sudah membunuh jutaan babi di china sejak pertengahan tahun lalu masih membuat babi langka di negara itu.
Inflasi harga non-pangan naik menjadi 1,6% dari 1,3% pada Desember. Tekanan utama berasal dari pakaian, sewa, bahan bakar & utilitas, barang-barang rumah tangga.
Lalu transportasi & komunikasi, pendidikan, budaya dan rekreasi, layanan kesehatan dan barang dan jasa lainnya.
Secara bulanan, harga konsumen naik 1,4%, jauh lebih cepat dari kenaikan 0,4% pada Desember. Angka ini jauh lebih tinggi dari konsensus 0,8%.
Sementara itu, wabah corona juga mempengaruhi perekonomian China. Sebagaimana diketahui, corona sudah mewabah sejak Desember 2019 di China.
"Menyebarnya virus telah mengubah permintaan dan penawaran di China, dengan pasokan berada di level rendah kecuali sektor kesehatan dan permintaan juga turun," kata Ekonom dari Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura sebagaimana ditulis Bloomberg.
"Harga sepertinya akan terus naik mengingat rendahnya pasokan."
(sef/sef) Next Article Gara-gara Babi, Inflasi China Meroket & Tertinggi Sejak 2012
Biro Statistik Nasional mengumumkan inflasi naik menjadi 5,4%, dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%. Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Oktober 2011.
Harga makanan naik 20,6% yoy pada Januari -terbesar sejak April 2008- mengikuti kenaikan 17,4% pada Desember. Di mana harga daging babi naik 11 bulan berturut-turut.
Inflasi harga non-pangan naik menjadi 1,6% dari 1,3% pada Desember. Tekanan utama berasal dari pakaian, sewa, bahan bakar & utilitas, barang-barang rumah tangga.
Lalu transportasi & komunikasi, pendidikan, budaya dan rekreasi, layanan kesehatan dan barang dan jasa lainnya.
Secara bulanan, harga konsumen naik 1,4%, jauh lebih cepat dari kenaikan 0,4% pada Desember. Angka ini jauh lebih tinggi dari konsensus 0,8%.
Sementara itu, wabah corona juga mempengaruhi perekonomian China. Sebagaimana diketahui, corona sudah mewabah sejak Desember 2019 di China.
"Menyebarnya virus telah mengubah permintaan dan penawaran di China, dengan pasokan berada di level rendah kecuali sektor kesehatan dan permintaan juga turun," kata Ekonom dari Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura sebagaimana ditulis Bloomberg.
"Harga sepertinya akan terus naik mengingat rendahnya pasokan."
(sef/sef) Next Article Gara-gara Babi, Inflasi China Meroket & Tertinggi Sejak 2012
Most Popular